Namun, akun bot tersebut masih mengunggah cuitan perjalanan Musk, bahkan hingga Senin (31/1/2022) berdasarkan pantauan KompasTekno.
Bukannya menerima tawaran dari petinggi SpaceX tersebut, Sweeney justru meminta harga lebih tinggi, senilai 50.000 dollar AS (Rp 719 juta).
"5.000 (dollar AS) tidak cukup dibanding apa yang bisa saya dapatkan dari akun tersebut. Itu tidak menggantikan apa pun," kata Sweeney.
Menurutnya, uang tersebut bisa digunakan untuk membeli Tesla Model 3 dan kuliah. Namun, tawaran tersebut juga ditolak oleh Musk setelah dilakukan pertimbangan.
Percakapan terakhir antara keduanya berlangsung pada 19 Januari, di mana Musk merasa jumlah tawaran Sweeny tidak sepadan hanya untuk menutup akun bot Twitter.
Elon Musk juga mengatakan akan menggunakan fitur blokir untuk mengatasi software pelacak penerbangan.
Namun, Sweeney masih dapat melancarkan aksinya meskipun menjadi agak rumit dari sebelumnya.
Baca Juga: Semua Propertinya Dijual, Elon Musk Kini Pilih Tinggal di Rumah Mungil Jauh dari Kesan Mewah
Sweeney menggunakan data dari regulator penerbangan sipil AS, Federal Aviation Administration (FAA) untuk melacak kapan dan di mana pesawat tinggal landas dan mendarat, serta rute yang dituju.
Namun, pesawat Elon Musk dan beberapa pesawat lainnya diblokir dari daftar karena alasan privasi.
Untuk itu, Sweney juga menggunakan data dari transponder ADB-S yang ada di sebagian besar pesawat agar mendapatkan informasi lokasi pesawat secara real-time.
Dengan begitu, bot milik Sweeney bisa memanfaatkan data ketinggian pesawat dan membandingkan durasi data diterima untuk menyimpulkan kapan pesawat lepas landas ataupun mendarat.