Dedi menyebutkan, pelaku berasal dari Garut, sementara istrinya dari Tasikmalaya.
Karena dari Garut, pelaku mudah mencari korban di wilayahnya sendiri, yakni dari Garut selatan. Adapun sistem pembelajaran yang dilakukan di tempat tersebut terbilang janggal.
Sang pelaku mengajar para santriwati sedangkan sang istri mengajar santri laki-laki.
Kan biasanya di pesantren, santri perempuan oleh istri gurunya. Tapi ini terbalik. Dari awal sudah janggal," kata Dedi.