1) penghalang epitel/fisik - yaitu kulit, 2) pertahanan seluler - di dalam sel tubuh, dan 3) antibodi.
Ketiga mikronutrisi tersebut membantu pembentukan kulit yang lebih sehat, termasuk jaringan mukosa di dalamnya.
Sehingga mampu menghalau patogen untuk masuk ke dalam tubuh.
Selanjutnya, vitamin C, D dan Zinc menguatkan sel darah putih untuk mengenali dan melawan patogen yang telah berada di dalam tubuh.
Terakhir, vitamin C dan Zinc memperkuat antibodi untuk memerangi patogen yang lolos dari dua lapisan pertahanan sebelumnya.
Sebaliknya, kekurangan paduan vitamin C, D dan Zinc berpotensi melemahkan respon imun sehingga menyebabkan risiko infeksi dari paparan patogen.”
Menanggapi hoaks mengenai konsumsi vitamin C berdosis 1.000mg yang dianggap berlebihan dan mengancam kesehatan, dr. Gia kembali menjelaskan, “Sistem pencernaan manusia memiliki kemampuan terbatas untuk menyerap vitamin C.
Berbagai studi memperlihatkan bahwa penyerapan vitamin C dalam tubuh mengalami penurunan hingga dosisnya tersisa kurang dari 50%.
Lalu, begitu jaringan tubuh mengalami kejenuhan vitamin C (atau kandungan berlimpah), maka jumlah yang berlebih akan terekskresi melalui urine.
Artinya, pada individu yang sehat, vitamin C berdosis tinggi tidak membahayakan tubuh, asalkan tidak melebihi batas dosis maksimal 2.000mg per hari.”
Konten keliru lain yang tersebar menyebut konsumsi suplemen berjenis tablet effervescent yang dianggap mengandung soda dan membahayakan tubuh.
dr. Suci Sutinah menerangkan, “Suplemen dalam format effervescent justru memiliki kelebihan lebih mudah diserap!