Setelah makanan sampai ke perut dan usus, barulah otak melepaskan hormon tertentu dan memberitahu tubuh bahwa kita sudah kenyang.
"Makanan itu perlu dikunyah, masuk ke usus dan diproses sedikit. Anda harus mulai menyerap glukosa dari makanan dan itu terjadi secara umum dengan cepat, tapi waktunya antara lima dan 20 menit," terangnya seperti dikutip dari laman Huffinton Post Australia.
Lonjakan glukosa dan insulin kemudian memberikan umpan balik yang sampai ke otak sehingga memberi perintah tubuh untuk berhenti makan.
Terlepas aturan yang berlaku di era pandemi ini, bukan berarti kita harus membatasi aktivitas makan hanya selama 20 menit saja. Andrews mengatakan tidak ada konsekuensi negatif evolusioner dari makan berlebihan.
Memang ada konsekuensi fisiologis yakni menjadi gemuk.
Namun Andrews menilai makan berlebihan sangat berkaitan dengan ekspektasi budaya dan norma sosial.
Ahli saraf ini menjelaskan, ada neuron di otak yang memerintahkan manusia untuk makan tapi praktiknya amat sangat jarang terjadi.
"Sebagai manusia, kita sangat jarang makan karena otak kita menyuruh kita makan kecuali benar-benar saat kita kelaparan," jelasnya.
Kebanyakan orang makan karena jadwal rutin, acara sosial dan berbagai aspek budaya dan asosiasi lainnya.
Menurutnya, banyak orang mengesampingkan isyarat kenyang dari otak berdasarkan ekspektasi budaya atau norma sosial yang diikutinya.
Cara agar kita lebih cepat merasa kenyang