Hal ini disampaikan Spesialis Bedah Onkologi dr. Sonar Soni Panigoro, Sp.B(K)Onk., M.Epid. MARS dalam acara webinar Akses Penanganan Kanker Payudara HER2+ Stadium Dini, Tantangan dan Harapan, oleh Indonesian Cancer Information & Support Center Association (CISC) pada Jumat (19/2/2021).
Selain itu, dampak psikologis yang berkaitan dengan kanker payudara antara lain kecemasan, kesepian, depresi, kemarahan, penyesalan, serta ketakutan terjadinya kekambuhan dan perubahan bentuk tubuh.
Mengingat kanker payudara cenderung terjadi pada perempuan di usia produktif, banyak yang harus menghadapi tantangan berupa diagnosis yang enggak diharapkan dan dapat berujung pada kemungkinan kehilangan karir, kehidupan berkeluarga, dan kesuburan.
Baca Juga: Tak Banyak yang Tahu, Bumbu Dapur yang Satu Ini Ternyata Bisa Mencegah Kanker Payudara, Apa Itu?
Menolak Kenyataan
Dalam acara yang sama, Nova Dhelia, S.Psi. selaku seorang penyintas kanker payudara HER2-positif juga berbagi pengalamannya memerangi kanker tersebut selama 6 tahun sejak 2015.
Sebelum didiagnosa terkena kanker payudara, Nova sendiri merupakan caregiver ibunya yang juga mengidap kanker payudara hingga beliau enggak dapat bertahan lebih lama lagi.
Nova mengaku, saat itu ia berpikir tugas caregiver hanya memberikan dukungan moral dan psikologis bagi pasien.
Perasaan kehilangan yang belum usai membuat Nova sempat enggak mau menerima kenyataan kalau dirinya juga terkena kanker payudara setelah hasil check up di tahun 2015; dia juga menolak mengetahui kondisi dirinya dan mempelajari lebih lanjut mengenai jenis kanker payudara yang menyerangnya.
Sayangnya, setelah itu ia justru mengalami kondisi lebih buruk, yaitu diagnosis metas tulang belakang atau komplikasi kanker stadium lanjut yang telah menjalar ke organ lain.
"Ini yang saya takutkan akan mengganggu aktivitas saya sehari-hari karena itu membuat penderitanya sulit beraktivitas," ujar Nova.