Adapun kegagalan primer yaitu sejak awal suntikan dan booster tidak terbentuk antibodi yang optimal.
Lalu kegagalan sekunder yaitu terbentuk antibodi tetapi tidak bisa melindungi secara adekuat dari infeksi alami.
Semakin lama periode sejak vaksinasi ke booster infeksi alami atau vaksin, maka kegagalan vaksin sekunder lebih mungkin terjadi.
Kondisi ini terjadi karena faktor vaksin yaitu antigen yang dipakai, faktor teknis penyuntikan, interval atau dosis tertentu.
Lalu faktor sistem imun seperti genetik, umur, penyakit komorbid imunodefisiensi, penggunaan obat imunosupresan, dan status nutrisi.
Adanya antibodi hanya menunjukkan bahwa tubuh manusia sudah pernah berkenalan dan berespon terhadap virus spesifik baik melalui infeksi alami atau vaksin.
Kadar antibodi tidak dapat menunjukkan secara pasti kekebalan yang terbentuk, kemampuan netralisir, durasi antibodi atau kekebalan bertahan virus serta efektivitas vaksin.
"Prinsipnya, selama herd immunity masih belum terbentuk, virus masih banyak beredar di sekitar kita, semua orang masih bisa terinfeksi termasuk orang yang sudah divaksin, meskipun dengan vaksin, risiko sakit berat dan kematian akan menurun," pungkas Ning.
Artikel ini telah tayang di GridHealth.ID dengan judul "Ternyata Antibodi Bisa Tidak Terbentuk Meski Sudah Divaksin Covid-19, Ini Sebabnya"
(*)