Pada tahun 1956, Kroonduif menambah lagi pesawat de Havilland DHC-2 Beaver, untuk melayani penerbangan Biak tujuan Sentani dan Sorong serta kota-kota di Papua Nugini.
Beberapa tahun kemudian pada 1960, maskapai KLM juga membuka rute dari Bandara Mokmer untuk melayani penerbangan Biak-Tokyo-Amsterdam.
Saat sengketa pembebasan Irian Barat selesai pada 1962, PBB memutuskan bahwa wilayah Irian Barat harus diserahkan Belanda kepada Indonesia.
Alhasil, Bandara Mokmer pun diubah namanya menjadi Bandara Frans Kaisiepo, pahlawan nasional Indonesia asli Biak Papua.
Kejayaan Bandara Frans Kaisiepo pun berlanjut hingga tahun 1990-an.
Bandara ini rutin melayani penerbangan internasional seperti Tokyo, Honolulu dan sejumlah kota di Australia.
Bahkan, Maskapai Garuda Indonesia sempat melayani rute internasional Jakarta-Denpasar-Biak-Honolulu-Los Angeles pada 1996-1998.
Selain itu, Garuda Indonesia juga melayani rute Jakarta-Denpasar-Biak-Seattle.
Namun, krisis ekonomi yang melanda Indonesia saat itu membuat rute internasional ini berhenti dan sampai saat ini penerbangan di Biak hanya melayani rute domestik.
(*)