Follow Us

Beda 180 Derajat dari Desa 'Pemborong Mobil' yang Viral, Warga Desa Ini Justru Hidup Terlunta-lunta Akibat 'Ulah' Lumpur Lapindo yang Kubur Seluruh Desanya

Ruhil Yumna - Kamis, 18 Februari 2021 | 20:15
Kawasan semburan Lumpur Lapindo di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (23/5)
(KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA)

Kawasan semburan Lumpur Lapindo di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (23/5)

Harwati (40) duduk di dalam gubuk di atas tanggul kolam lumpur Lapindo titik 21 Desa Siring, Kecamatan Porong, Kamis (26/5/2016).

Baca Juga: Pandemi Belum Usai, Limbah Medis dari Covid-19 yang Menumpuk Jadi Permasalahan Serius Lainnya, Pemerintah Dituntut Untuk Putar Otak

Seraya menunggu pengunjung, korban lumpur yang bekerja sebagai tukang ojek sepeda motor di kawasan semburan itu menyantap sebungkus nasi berlauk mujair asap.

Asap lumpur Lapindo yang berbau menyengat dan tidak sedap tak mengendurkan selera bersantap Harwati. Berbagi dengan Sudarwati (35), sesama tukang ojek, dia melalap makanannya hingga tandas.

Mujair asap khas Desa Penatarsewu, tetangga Desa Siring itu, memang terkenal gurih.

"Hari ini sepi pengunjung. Ojekan juga sedikit sehingga tak semua tukang ojek dapat giliran. Saya sudah dua hari belum dapat uang. Nasi bungkus ini traktiran teman," ucap janda dua anak itu.

Selain sebagai korban lumpur, Harwati juga dikenal sebagai calo ganti rugi di desanya. Tugasnya menekan korban lain agar mau melepas tanah dan rumahnya dengan harga terendah.

Biasanya korban ditakuti dengan tidak akan dibayar kalau tidak nurut.

Calo-calo seperti Harwati bergerilya dari lingkungan rumah tangga, RW, desa, kecamatan, kabupaten, hingga pemerintah pusat.

Baca Juga: Banjir Besar di Kalimatan Selatan, Benarkah Hanya karena Hujan Deras?

Mereka tega memanfaatkan derita tetangga, orangtua, dan saudara demi memperkaya diri.

"Waktu itu calo-calo diperlakukan istimewa oleh Lapindo," kata Harwati.

Source : kompas, intisari

Editor : Ruhil Yumna

Baca Lainnya

Latest