Mereka mengevaluasi mengenai kasus pencemaran lingkungan, perampasan lahan, kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Jefri menyayangkan kondisi hutan di Kalimantan yang kini beralih menjadi lahan perkebunan.
“Pembukaan lahan atau perubahan tutupan lahan juga mendorong laju perubahan iklim global. Kalimantan yang dulu bangga dengan hutannya, kini hutan itu telah berubah menjadi perkebunan monokultur sawit dan tambang batu bara,” katanya lagi.
Resapan air hujan
Perluasan lahan secara masif dan terus menerus, menurut Jefri memperparah bencana terutama di kondisi cuaca ekstrem.
“Akhirnya juga mempengaruhi dan memperparah kondisi ekstrem cuaca, baik itu di musim kemarau dan musim penghujan,” katanya.
Lebih lanjut, Jefri menjelaskan mengenai kondisi permukaan bumi yang kurang dapat meresap air hujan.
Baca Juga: Sudah Terjadi Sejak Kemarin, Waspada Gelombang Setinggi 4 Meter di Wilayah ini
Akar-akar pohon dari hutan heterogen dapat membantu tanah mengikat dan menyimpan air hujan.
“Karena berkurangnya secara drastis pohon-pohon yang akarnya mengikat dan menyimpan air pada musim penghujan,” imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Banjir Kalsel, Meluasnya Lahan Sawit, dan Masifnya Pertambangan..."