Sama halnya dengan penambahan kasus harian, dialaporkan jika kasus melonjak hingga 2.036 namun ia mendapat data kasus bertambah sebanyak 844 kasus.
Sedangkan untuk predikat provinsi dengan kasus aktif tertinggi, Ganjar menyatakan bahwa itu lantaran keterlambatan input data.
Ia menduga keterlambatan itu karena pemprosesan data yang hanya dilakukan oleh satu sistem saja.
Berdasarkan oleh pemeriksaan yang ia lakukan data dari 1 November 2020 sampai 10 November 2020, Ganjar menyebut ada 809 data delay yang ditempelkan sebagai data tambahan.
Bahkan, Ganjar menemukan ada 18 nama yang tes sejak Juni baru dimasukkan dalam rilis tersebut.
Tak hanya itu, ada juga data baru yang belum dimasukkan sehingga terdapat perbedaan data mencapai 3.000-an kasus.
"Kemarin kita sempat berbeda 11, 35 begitu ya. Nah, kemarin ada perbedaan lagi kok banyak sekali, bayangkan kita masih ada perbedaan itu 3.000, kalau besok tiba-tiba dimasukkan 3.000 itu sudah pasti gede.
Sudah pasti meningkat gitu aja. Tapi ya sebenarnya enggak apa-apa jumlahnya," kata Ganjar saat ditemui di kantornya, Semarang, Selasa (24/11/2020).
Penjelasan Dinkes Jateng
Hal yang hampir sama juga jadi penyebab tingginya penambahan kasus di Jawa Tengah.