“Jika masyarakat sudah paham soal ini, saat pembuat hoaks beraksi, tidak akan ada kepanikan,” imbuhnya.
Daryono menekankan, berita bohong yang beredar ini berbeda dengan riset model skenario yang dilakukan ITB beberapa waktu lalu terkait potensi tsunami 20 meter di Selatan Jawa.
Menurutnya, para ahli menciptakan model potensi bencana sebagai acuan upaya mitigasi.
“Apa yang dilakukan ITB berdasarkan kajian mendalam.Itu pun tidak bisa diketahui kapan akan terjadi. ITB juga menyiarkan hasil risetnya, sehingga kita tahu siapa saja penelitinya dan bisa dimintai penjelasan lebih lanjut,” Kata Daryono.
“Sedangkan, informasi dari voice note itu tidak tahu siapa yang membuat dan tidak bisa dikonfirmasi. Ini salah satu tanda hoaks. Informasinya tidak bisa dikonfirmasi dan hanya beredar di media sosial.”
Penting bagi masyarakat untuk memiliki inisiatif mengedukasi diri dan meningkatkan literasi terkait gempa, potensi, dan mitigasinya.
Menurut Daryono, memiliki pengetahuan soal kebencanaan dan mitigasi bisa menaikkan tingkat kenyamanan dan ketenangan seseorang dalam menghadapi sebuah potensi atau bahkan hoaks.
Ia juga menegaskan, BMKG akan selalu memberikan informasi pada masyarakat terkait gempa dan memberikan peringatan jika ada potensi tsunami.
“Percaya saja pada sumber yang jelas,” pungkasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Beredar Voice Note Lampung Akan Gempa, BMKG Tegaskan Gempa Tak Dapat Diprediksi"