Ahli epidemilogi Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut, strain virus corona D614G memiliki karakter lebih cepat menular, bahkan sampai 10 kali cepat dibandingkan lainnya.
Meskipun tidak lebih mematikan, namun tetap bisa membahayakan apabila kecepatan penularan ini dihubungkan dengan infeksi pada pasien dengan komorbid.
"Artinya akan berkorelasi dengan potensi angka kesakitan yang juga lebih banyak angka kematian," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com (25/9/2020).
Sebab apabila lebih cepat menular, di sisi lain juga tidak menutup kemungkinan akan lebih banyak orang dengan komorbid terinfeksi Covid-19.
Apalagi sejauh ini 40 persen kasus Covid-19 di Indonesia, pasien yang dirawat memiliki komorbid. Hal itu merujuk data Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia.
Data ini lebih banyak didapatkan di Jawa, dan sumbangsih terbanyak data di Jakarta, yang mengarah risiko tinggi.
Karena itu Dicky menyebut, hal ini menjadi sinyal serius daerah lain di Jawa agar benar-benar meningkatkan kapasitas testing, tracing dan isolasi.
Antisipasi
Konsekuensi dari adanya strain virus corona yang cepat menular ini, Dicky mengatakan, hanya bisa diantisipasi dengan mempercepat dan memperbanyak jangkauan testing.
Karena dengan meningkatkan testing ada banyak manfaat yang didapat, di antaranya mengetahui peta situasi pandemi. Lokasi dan klaster mana yang dinilai rawan.