Follow Us

Jadi Target, Dubes AS Untuk Afrika Selatan Terancam Dikesekusi Mati Oleh Iran, Diduga Karena Dendam ini

None - Rabu, 16 September 2020 | 11:15
Donald Trump dan Qasem Soleimani.
kompas.com

Donald Trump dan Qasem Soleimani.

Sebelum Perang Dunia II, Inggris mendominasi industri minyak Iran dengan kerjasama yang mereka sebut 'Anglo-Iranian Oil Company'.

Namun Perang Dunia II telah melemahkan Inggris.

Dilansir dari abc.net.au, Inggris sempat terpuruk dalam bidang ekonomi dan harus mengandalkan fasilitas dan program dari luar negeri untuk bisa bangkit lagi.

Saat itu yang mereka andalkan hanyanya minyak dari Iran.

Di waktu yang sama, kehadiran Rusia di Iran utara menjadi isu kritis bagi AS.

Kala itu, wilayah barat laut Iran menjadi pembatas antara Barat dan Timur, yaitu antara AS dan Rusia, yang kala itu disebut Uni Soviet.

Lalu, AS membujuk pimpinan Iran untuk tetap menjaga pembatas tersebut, dan memastikan 'minyak tetap mengalir'.

Baca Juga: Sukses Taklukkan Virus Covid-19 yang Menyerang Negaranya, Ini 3 Hal yang Korea Selatan Lakukan Hingga Dianggap 'Lebih Becus' Tangani Pandemi Corona daripada Negara Lain

Namun kehadiran Mohammad Mosaddegh, seorang figur nasionalis menjadi Perdana Menteri Iran ke - 35 di tahun 1951, membuat kondisi berubah.

Mossadegh percaya jika seharusnya bukan Inggris yang menguasai minyak negara mereka.

Saat itu menjadi titik kritis bagi Iran.

Pada tahun yang sama, Mossadegh membuat bisnis minyak menjadi milik negara.

Source : Kompas.com

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Baca Lainnya

Latest