Akhir September
Ekonom sekaligus peneliti dari Institut for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudistira menyebut, resesi bisa terjadi di kuartal ke-III 2020 yang akan berakhir pada September ini.
" Resesi dipastikan akan terjadi ketika kuartal ke-III pertumbuhan ekonomi negatif," kata Bhima, dihubungi Rabu (2/9/2020).
Baca Juga: Digoyang Isu Resesi di Tengah Pandemi, Erick Thohir Pilih Pulihkan Sektor Kesehatan daripada Ekonomi
Ia menyebut sejumlah indikator sudah mengarah pada terjadinya resesi di antaranya pertumbuhan kredit perbankan menurut data uang beredar Bank Indonesia per Juli 2020 masih 1 persen atau tidak mengalami kenaikan signifikan dari bulan sebelumnya.
"Bahkan untuk kredit modal kerja tercatat negatif 1,7 persen dan kredit konsumsi tumbuh 1,5 persen. Lesunya pertumbuhan kredit perbankan menunjukkan tingkat risiko yang tinggi pada sisi debitur sehingga bank rem ekspansi kredit barunya," jelas dia.
Indikator kedua adalah data deflasi Juli dan Agustus menunjukkan daya beli masyarakat yang masih tertekan.
Bhima menjelaskan, jika resesi benar-benar terjadi maka sebagai konsekuensinya akan ada banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan akibat adanya pemutusan hubungan kerja sepihak dari perisahaan.
"Otomatis dana yang ada tak mencukupi untuk menopang kebutuhan sehari hari. Masyarakat perlu lebih kreatif untuk memulai usaha di sektor ekonomi digital," ungkap Bhima.
Bisnis yang bisa bertahan
Bisnis di ranah digital dipandang sebagai satu lahan yang menjanjikan di masa sulit ini, karena masyarakat banyak memenuhi kebutuhannya melalui platform digital.