GridHype.ID - Sebelumnya perempuan ini dikabarkan meninggal dunia.
Perempuan bernama Harmanik ini sempat dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya dia kabarkan meninggal.
Sang suami yang mendapatkan kabar tersebut langsung mendatangi rumah sakit dan mengurus jenazah.
Pria asal Kabupaten Blitar ini mendapatkan kabar jika sang istri meninggal karena serangan jantung.
Sang istri sendiri sebelumnya telah dirawat di RSUD Mardi Waluyo selama 10 hari.
Perempuan ini dilarikan ke rumah sakit lantaran mengeluh sesak napas.
Berdasarkan prosedur yang ada Harmanik dirawat di ruang isolasi bersama dua pasien lainnya.
Harmanik dan S (pasien yang ada di ruang tersebut) berstatus suspek Covid-19.
Merekapun lalu melakukan test swab pada 17 Agustus 2020.
Namun hasil tes tersebut hingga kini belum diterima.
Jemput jenazah di rumah sakit
Usai mendapat kabar Harmanik meninggal, pihak keluarga pun segera mengumumkannya melalui musala desa.
Sang suami segera menjemput jenazah di rumah sakit.
Pihak keluarga bahkan telah menyiapkan kuburan untuk lokasi pemakaman.
Tiba di rumah sakit, karena penasaran suami Harmanik membuka kain kafan yang menutupi wajah istrinya.
Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat sang istri.
Pasalnya, ia mendapati jenazah yang itu bukanlah istrinya.
Sadar akan hal itu, sang suami langsung ke pergi ke ruang isolasi dan melihat Harmanik yang masih dirawat.
"Lihat ke ruang isolasi, ternyata ibu saya masih ada di situ," kata anak Harnanik, Nanung Hermawan dikutip dari Kompas.com, Rabu (26/8/2020).
Rumah Sakit Minta Maaf
Atas kekeliruan yang terjadi pihak rumah sakit menyatakan permohonan maafnya pada pihak keluarga Harmanik.
Rupanya jenazah yang diatasnamakan Harmanik itu adalah S yang sempat dirawat satu ruangan.
"Kepada keluarga kita sudah sampaikan permohonan maaf," ujar Wakil Direktur Pelayanan RSUD Mardi Waluyo dr Herya Putra mengutip Kompas.com.
Pihak rumah sakit, dr Herya Putra menjelaskan kronologi kejadian tersebut.
Herya menyampaikan jika Harmanik dirawat di rumah sakit lantaran menderita stroke ringan.
Namun saat dirawat ia mengeluh sesak napas.
Sesuai dengan prosedur ia lalu dirawat di ruang isolasi.
Ia lalu dirawat sekamar dengan S da yang sama-sama berstatus Covid-19.
Mereka kemudian melakukan test swab pada 17 Agustus 2020 lalu.
Namun hingga saat ini hasil test belum diterima.
Pada Minggu (23/8/2030) kondisi pasien S terus menurun.
Lalu, perawat berinisiatif menukar posisi ranjang S dengan pasien Harmanik.
Pemindahan posisi ranjang dilakukan karena sudut pandang kamera pengawas lebih jelas.
Sayang, pemindahan posisi ini tak sempat dicatat dalam rekam medis pasien.
Imbasnya saat pergantian shift, perawat yang bertugas tak tahu akan pemindahan itu.
Penggunaan kamera pengawas dilakukan untuk membantu pemantauan perkembangan pasien.
Ini karena kondisi dan keterbatasan akses pada ruang isolasi.
"Akses ruang isolasi kan terbatas. Perawat juga harus pakai APD level tiga," kata dia.
Ketika kondisi pasien S memburuk, dan meninggal di hari Senin, perawat mengira pasien tersebut Harmanik.
Terlebih gelang identitas pasien S terlepas dan tak berada di tempatnya.
Oleh karena itula perawat mengidentifikasikan identitas pasien berdasarkan susunan ranjang.
"Saat itu juga tidak sempat cek ke bed (tempat tidur) sebelahnya karena keterbatasan akses ruang isolasi," lanjut Herya.
"Berseberangan utara dan selatan," ujar Herya.
Ia mengatakan saat ini Harnanik masih dirawat di ruang isolasi.
(*)