Profesor ilmu pernapasan di University of Leicester, Inggris, Dr Julian Tang mengatakan di dunia luar, kondisi lingkungan dapat berubah dengan cepat.
Artinya, virusenggak dapat bertahan lama.
Sementara itu, Emanuel Goldman, profesor mikrobiologi di Universitas Rutgers juga menunjukkan studi laboratorium menggunakan sampel hingga 10 juta partikel virus.
Sedangkan jumlah partikel virus, misalnya dalam tetesan aerosol ke permukaan, ternyata kemungkinan hanya sekitar 100.
"Kemungkinan transmisi melalui permukaan sangat kecil, dan hanya ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin di permukaan itu, dan orang lain menyentuh permukaan itu tak lama setelah batuk dan bersin (dalam waktu satu hingga dua jam)," kata Goldman dalam makalahnya di jurnal Lancet pada Juli lalu, seperti dilansir dari Kompas.comSenin (24/8/2020).
Cara Penularan Virus dari Kemasan Makanan
Asumsi risiko penularan umumnya didasarkan bahwa pekerja di pabrik pengemasan makanan mungkin menyentuh permukaan yang terkontaminasi, kemudian menyentuh mata, hidung dan mulut mereka.
Namun, saat ini para ilmuwanenggak menganggap bahwa ini adalah jalur utama penularan dari sebagian besar kasus COVID-19.
"Ada kemungkinan seseorang bisa tertular COVID-19 dengan menyentuh permukaan atau benda yang ada virusnya," kata Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat dalam situsnya.
Namun hal inienggak lantas dianggap sebagai cara utama virus SARS-CoV-2 atau corona menyebar.
Faktanya, virus ini diperkirakan menyebar secara langsung dari orang ke orang.