Saat ketegangan meningkat antara AS dengan China, Trump mengklaim TikTok dapat digunakan oleh China untuk melacak lokasi karyawan federal, membuat dokumen untuk memeras orang, dan melakukan spionase perusahaan.
Suami Melania Trump itu juga memerintahkan pelarangan pada aplikasi perpesanan WeChat yang banyak dipakai di China.
Pada Jumat (14/8/2020) Trump menandatangani perintah eksekutif secara terpisah bagi ByteDance, untuk menjual sahamnya ke Musical.ly.
Aplikasi itu dibeli ByteDance dan dilebur menjadi TikTok pada 2017.
TikTok mengatakan, tindakan AS itu "berisiko merusak kepercayaan bisnis global pada komitmen AS terhadap supremasi hukum, yang telah menjadi magnet bagi investasi dan memacu pertumbuhan ekonomi Amerika selama beberapa dekade."
Lebih lanjut TikTok juga menegaskan, mereka akan "mengupayakan semua pemulihan yang tersedia untuk memastikan aturan hukum tidak diabaikan."
Baca Juga: Donald Trump Jadi Korban Bulian Netizen karena Salah Sebut Thailand Jadi 'Thighland'
Sementara itu China pada Senin (17/8/2020) mengecam Washington dengan istolah "diplomasi kapal perang digital" dalam kasus TikTok.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada Senin mengatakan, TikTok telah melakukan semua yang diminta AS, termasuk mempekerjakan orang Amerika sebagai eksekutif puncaknya, menyediakan server-nya di AS, dan mempublikasikan source code-nya.
Namun aplikasi tersebut "tidak dapat menghindari perampokan melalui tipu daya yang dilakukan oleh beberapa orang di AS, berdasarkan logika bandit dan kepentingan politik," kata Zhao dalam konferensi pers yang dikutip AFP.