Di sela meliput pemilu presiden itu, harian Kompas menyempatkan diri menunaikan shalat Jumat di masjid KBRI Teheran dan bertemu sekaligus wawancara dengan Dubes RI untuk Iran Dian Wirengjurit.
Masjid KBRI Teheran saat itu dipenuhi jemaah shalat, bukan hanya dari Indonesia, melainkan juga negara lain yang warganya menganut mazhab Sunni, seperti Malaysia.
Keberadaan Masjid KBRI Teheran tersebut memberi pesan tentang keinginan warga Sunni di Teheran yang lebih memilih menyelenggarakan shalat Jumat sendiri karena adanya perbedaan pelaksanaan shalat Jumat antara mazhab Sunni dan Syiah.
Seusai shalat Jumat, Kompas langsung menemui Dubes Wirengjurit.
Di luar dugaan, Dubes RI untuk Iran itu membuka pembicaraan dengan menyinggung kasus pengikut Syiah di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.
Kasus kaum Syiah di Sampang adalah kasus penyerangan terhadap kaum Syiah di sebuah desa di Kabupaten Sampang, Madura, pada Agustus 2012.
Baca Juga: Kelakuan Tiongkok Buat Kawasan Asia Pasifik Meradang, Amerika Serikat : Dunia Tidak akan Biarkan
Ia mengungkapkan, telah beberapa kali dipanggil Kementerian Luar Negeri Iran yang menyampaikan protes terhadap kasus pengikut Syiah di Kabupaten Sampang itu.
Dubes Wirengjurit juga menyampaikan, Pemerintah Iran sangat menaruh perhatian terhadap kasus pengikut Syiah di Kabupaten Sampang dan mengetahui kasus tersebut sangat detail sehingga Pemerintah Indonesia tidak bisa menutup-nutupi kasusnya.
Dari perbincangan Kompas dengan Dubes Wirengjurit tersebut, bisa diketahui visi dan ideologi negara Iran pascarevolusi tahun 1979.
Negara Iran setelah revolusi 1979 yang berpijak pada ideologi agama, persisnya mazhab Syiah, mengusung misi dan visi melindungi kaum minoritas Syiah di seluruh dunia.