Mbah Pani punya seorang istri dan dua anak, serta anak angkat.
Berdasarkan keterangan warga sekitar, terakhir kali Mbah Pani melakukan ritual ini adalah 2001 lalu.
Sebelumnya, Mbah Pani melakukan ritual ini setahun sekali, setiap bulan Suro. Adapun ritual terakhir ini dilakukan 18 tahun berselang.
Dalam topo pendem, Mbah Pani diperlakukan hampir sama seperti jenazah yang akan dikubur.
Ia dikafani dan disediakan pula aneka kelengkapan pemulasaraan jenazah, antara lain bunga-bunga.
Hanya saja, tidak ada prosesi azan supaya tidak sepenuhnya seperti prosesi penguburan jenazah.
Ukuran liang kubur untuk ritual topo pendem sekitar kedalaman 3 meter, panjang 2 meter dan lebar 1,5 meter.
Di dalam liang kubur itu, sudah disediakan peti untuk tempat pertapaan. Di dalamnya disediakan pula bantal dari tanah.
Ketika prosesi ritual mulai dilaksanakan, hanya pihak keluarga dan tokoh masyarakat setempat yang diperkenankan masuk rumah. Pintu dikunci dari dalam.
Setelah lima hari berlalu, akhirnya liang kubur tempat Mbah Pani dikubur hidup-hidup dibongkar pada Jumat (20/9/2019) pukul 16.30 WIB, satu jam lebih cepat.