Mengutip Bloomberg, Mascha ten Bruggencate, yang memimpin dewan distrik pusat Amsterdam mengatakan kondisi saat ini menunjukkan sesungguhnya wajah kota.
Baca Juga: Bersepeda Jadi Tren Di Tengah Pendemi Corona, Pesepeda Pemula Wajib Waspadai Serangan Jantung!
"Itu menunjukkan betapa sedikit orang yang benar-benar tinggal di pusat itu dan betapa sedikitnya yang ditawarkan penduduk setempat. Kita perlu mengubah itu," ujar Bruggencate.
Momentum penyebaran covid yang meluluhlantakan kota Amsterdam memang ingin dijadikan waktu tepat untuk mengubah ibukota Belanda ini.
Kota-kota dan negara-negara di seluruh dunia sedang mempelajari apa yang perlu mereka lakukan secara berbeda di era pasca-Covid-19.
Untuk Amsterdam, 19 juta wisatawan tahunannya menghasilkan lebih dari 6 miliar euro atau sekitar US$ 6,8 miliar dalam pendapatan.
Walikota Amsterdam Femke Halsema menyusun rencana pada akhir Mei untuk melakukan perubahan di kota yang dipimpinnya itu.
Di antara langkah-langkah yang sudah diberitahukan ke dewan setempat termasuk membeli properti dan membatasi izin untuk memastikan bahwa kota tua itu tidak hanya dihiasi dengan toko-toko yang menjual cinderamata, tetapi juga menjadikan rumah sebagai toko dan outlet grosir yang melayani wisatawan.
Ini adalah pertama kalinya upaya semacam itu dilakukan. "Urgensi untuk memikirkan pusat kota di masa depan," kata Halsema.
Tanda-tanda perubahan itu pun datang, setelah Adyen NV, salah satu perusahaan fintech paling sukses di Belanda mengatakan akan menyewa kantor seluas 17.000 kaki persegi di jantung kota.