“Saat ini BMKG masih terus memonitor apakah fenomena kegempaan di Selat Sunda ini hanya sebatas gempa swarm biasa yang kemudian berakhir dengan sendirinya, atau kemungkinan berlanjut sebagai gempa pendahuluan (foreshocks),” ujar Daryono berdasarkan keterangan yang dterima Kompas.com Senin (8/6/2020) Daryono juga menyampaikan informasi gempa tersebut melalui akun Twitternya.
Baca Juga: Beri Peringatan Keras Usai Prediksi BMKG, Mbak You Unggah Foto Air Laut Pindah ke Darat
Gempa terjadi sambung-menyambung
Gempa pertama tercatat terjadi pada pukul 19.04 WIB dengan magnitudo 2,9.
Lalu, enam belas menit kemudian gempa berlanjut lagi dengan magnitudo 3,3.
Aktivitas gempa selanjutnya terjadi saling sambung menyambung dengan magnitudo bervariasi di mana paling besar 3,9 dan yang paling kecil 2,9 membentuk gerombolan atau kluster episenter.
Yang menjadi perhatian adalah kluster seismisitas gempa berada pada pusat gempa manitudo 5,0 yang sempat terjadi pada Sabtu 11 April 2020.
“Jika mencermati lokasi sebaran episenter terkait dengan peta tektonik Selat Sunda, tampak bahwa rentetan aktivitas gempa ini terletak pada jalur Sesar Semangko yang menerus ke laut,” ujar dia.
Namun, dia mengatakan, struktur sesar di zona tersebut sudah bukan lagi didominasi sistem sesar mendatar (strike slip fault).
Baca Juga: Mbah Mijan Sebut Banyak Bencana Alam yang Akan Terjadi di Indonesia pada Tahun 2020 Ini