Mereka juga jelaskan bukan hal itu yang sebabkan adaptasi unik virus ini yang bisa sebabkan ia masuk ke populasi manusia.
Salah satu alasan mereka mengatakannya adalah karena peneliti menyebut virus dari kelelawar lebih mirip dengan virus Corona dibandingkan dengan kakaknya yang berasal dari tahun 2013.
Komunitas ilmuwan tidak mengenali virus tersebut, demikian penjelasan artikel tersebut.
Sementara itu, ilmuwan tekankan jika kondisi di alam dan berbagai cara manusia berhubungan dengan kehidupan lair, telah sediakan cakupan besar mengenai skenario dan jalur bagaimana virus Corona meloncat ke manusia.
"Di dunia di mana virus seperti Sars sudah umum di kelelawar dan hewan lain, dan kelelawar bisa hidup di mana saja mereka inginkan, mengapa kita berpikir penemuan laboratorium dan ilmuwan yang ceroboh untuk buat virus bisa meloncat dari kelelawar ke manusia?"
Pertanyaan iu disampaikan oleh Benjamin Neuman, profesor ilmu biologi di Texas A&M University-Texarkana.
Baca Juga: Jangan Lagi Gunakan Tisu Basah Untuk Membersihkan Wajah, Bisa Sebabkan 3 Masalah Kulit Berikut ini
Perdagangan hewan liar dan tempat mereka dijual yaitu di pasar basah Wuhan, telah menjadi kondisi paling memungkinkan dari merebaknya Sars-CoV-2 pertama kali.
Ini seperti kasus merebaknya Sars, yang awalnya dikira virus kelelawar menginfeksi luwak, tetapi ternyata menginfeksi manusia di pasar basah tersebut.
"Pasar hewan hidup seperti di Wuhan adalah tempat ideal untuk virus zoonotik merebak," ujar Andrew Cunningham, petugas direktur ilmiah di Zoological Society of London.
Ia juga menunjuk banyaknya hewan dari spesies berbeda-beda diletakkan berdekatan di kondisi sesak dan tidak higienis jelas bisa membuat muncul virus baru.