"Sejauh ini, kami yakin bahwa pedoman yang kami miliki sesuai," kata Kerkhove.
Menindaklanjuti adanya isu tersebut, Wakil Kepala Lembaga Eijkman Institute, Professor David Handojo Muljono lantas memberikan komentar.
Baca Juga: Virus Corona Serang Paru-paru, Jangan Panik! Berikut 5 Makanan untuk Jaga Sistem Pernapasan Kita
Mengutip dari program Apa Kabar Indonesia Malam, yang tayang di tvOne, David membenarkan temuan baru WHO.
Dalam pernyataannya, awalnya Professor David tetap mengungkapkan bila faktor penularan melalui droplet masih jadi faktor paling besar penularan Covid-19.
"Tapi lebih intens kalau melalui udara atau pun partikel-partikel yang terhirup," lanjut David.
Menurutnya, droplet dari orang batuk bisa bertahan di udara selama beberapa saat.
Baca Juga: Sepele! Jangan Abaikan Hal Berikut Jika Sudah Pulang ke Rumah Saat Wabah Corona Menyerang
Tentu saja dipengaruhi oleh kelembapan dan tingginya virus di dalam droplet tersebut.
"Nah juga ini dapat diartikan bahwa virus itu bisa bertahan setelah seseorang batuk kan terutama kalau kelembaban tinggi dan berat jenis virus ini ringan," jelas David.
"Sehingga dia tidak serta merta ketarik gravitasi bumi ke bawah tapi dia bisa melayang," ungkap Prof David.
Oleh sebab itu, seseorang yang memiliki kontak dekat dengan pengidap virus corona memiliki risiko penularan sangat besar.