Akibatnya, orang-orang salah percaya bahwa penyakit itu berasal dari Spanyol, dan nama "flu Spanyol" dikenal luas.
Bahkan di akhir musim semi 1918, sebuah kantor berita Spanyol mengirim berita ke kantor berita Reuters di London yang memberi tahu bahwa "wabah penyakit yang aneh dari karakter epidemi telah muncul di Madrid.
Epidemi itu sifatnya ringan, tidak ada kematian yang dilaporkan," menurut buku Henry Davies" The Spanish Flu, (Henry Holt & Co., 2000). Dalam dua minggu setelah laporan, lebih dari 100.000 orang telah terinfeksi flu.
Baca Juga: Totalitas Cegah Corona Saat di Bandara, Penampilan Model Ini Malah Kena Nyinyir Netizen
Penyakit itu menimpa raja Spanyol, Alfonso XIII, bersama dengan para politisi terkemuka.
Antara 30% dan 40% orang yang bekerja atau tinggal di daerah terbatas, seperti sekolah, barak dan gedung pemerintah, terinfeksi.
Layanan pada sistem trem Madrid harus dikurangi, dan layanan telegraf terganggu, dalam kedua kasus karena tidak ada cukup karyawan sehat yang tersedia untuk bekerja.
Persediaan dan layanan medis tidak dapat memenuhi permintaan.
Istilah "Spanyol influenza" dengan cepat mulai berlaku di Inggris.
Menurut buku Niall Johnson "Inggris dan Pandemi Influenza 1918-19" (Routledge, 2006), pers Inggris menyalahkan epidemi flu di Spanyol pada cuaca Spanyol: "... musim semi Spanyol yang kering dan berangin adalah musim yang tidak menyenangkan dan tidak sehat," demikian bunyi salah satu artikel di The Times.
Dituliskan bahwa debu yang mengandung mikroba disebarkan oleh angin kencang di Spanyol, yang berarti bahwa iklim basah Inggris mungkin menghentikan flu menyebar di sana.