GridHype.ID - Tiongkok terkenal dengan pasar hewan 'tak lazim'nya.
Kebiasaan mereka mengkonsumsi hewan 'tak lazim' itulah yang disinyalir memicu munculnya virus corona.
Diduga virus itu muncul dari kelelawar yang diperjual-belikan disana.
Salah satu perdagangan hewan tak lazim yang berkembang adalah perdagangan daging dan bulu kucing.
Dilansir dari Nextshark, pada 1 Desember, Masyarakat Bebas Bulu, sekelompok sukarelawan sedunia yang berkampanye menentang penggunaan bulu binatang, menjelaskan tentang hal tersebut.
Penjualan daging dan bulu kucing di Tiongkok terus tumbuh.
Lebih jauh, saat ini juga tidak ada undang-undang yang menentang kekejaman terhadap binatang.
Menurut organisasi nirlaba itu, sebagian besar kucing yang ditangkap dalam perdagangan itu adalah hewan liar.
Kucing-kucing itu tidak pernah dimusnahkan atau dikebiri.
Sehingga mereka terus bereproduksi pada tingkat yang “mengkhawatirkan”.
Selain itu, beberapa orang diduga juga mengambil kucing peliharaan.
Perlakuan seperti itu membuat pemiliknya mencari-cari dan terkadang menemukan kucingnya dalam pembantaian yang menyedihkan.
"Mereka dijual kepada tukang daging yang merebus mereka hidup-hidup,"
"Biar kulitnya menjadi sepatu, sarung tangan, dompet, dll," klaim kelompok Bebas Bulu tersebut dalam sebuah postingan Facebook.
Bulu kucing dan anjing ilegal di negara-negara AS dan UE, tetapi "kulit mereka masuk tanpa spesifikasi," tambah mereka.
Postingan itu sontak mengundang banyak perhatian publik.
"Ini menghancurkan hatiku hingga berkeping-keping."
"Saya menangis," komentar salah seorang Pengguna Facebook.
Sementara ada juga yang menanyakan hati nurani pelaku tindakan kejam ini.
"Bagaimana orang bisa melakukan tindakan itu?"
Sebenarnya, kegiatan memakan kucing dan anjing di Tiongkok adalah legal.
Namun itu hanya tindakan minoritas dan jauh dari aktivitas normal yang dilakukan kebanyakan orang.
Pada 2017, sosial media di Tiongkok bereaksi juga dengan ketakutan terkait seorang pria yang yang ketahuan mengangkut sekitar 500 kucing.
Beberapa diantaranya adalah hewan peliharaan yang dicuri, dimasukkan ke dalam kandang kecil dan hendak dijual ke restoran.
Sebuah survei lokal pada tahun yang sama mengungkap bahwa 13% penduduk di Yulin - tempat festival anjing tahunan terkenal di Tiongkok - tidak pernah makan anjing, sementara 59% diantaranya jarang mengonsumsinya.
"Yang benar adalah bahwa makan anjing dan kucing bukan bagian dari praktik kuliner arus utama Tiongkok bahkan di Yulin, rumah dari festival daging anjing," kata Peter Li, spesialis kebijakan Tiongkok untuk Humane Society International.
(*)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Tukang Daging Ini Dituduh Merebus Kucing Hidup-hidup dan Menjadikannya Dompet Serta Baju Lucu, 500 Kucing Dulu Juga Pernah Ketahuan Diangkut