Setelah tiba di tambang sekitar jam 3 pagi, para sandera digiring dengan todongan senjata ke dalam gerbong sebuah mobil van, yang telah dikubur lebih dari 3 meter di bawah tanah.
Kemudian, dalam kegelapan, para penculik membuat masing-masing sandera menyebutkan nama dan memberi sepotong pakaian, yang akan digunakan para penculik untuk meminta tebusan.
Diketahui orang-orang itu telah merencanakan kejahatan mereka selama lebih dari 18 bulan, terinspirasi oleh film Dirty Harry, di mana seorang pembunuh bernama Scorpio menculik satu bus penuh anak sekolah untuk mendapatkan tebusan.
Mereka menargetkan bus karena mereka percaya anak-anak itu berasal dari daerah kaya dan berniat menuntut tebusan 4 juta poundsterling.
Para sandera muda kemudian dipaksa untuk menuruni tangga ke gerbong di bawah tanah. Di dalamnya mereka menemukan beberapa kasur bernoda dan kotor dan wadah air.
Sementara itu, di atas, mereka mendengar para penculik melemparkan tanah ke atas gerbong, bersama dengan dua baterai traktor untuk menutup lubang palka. Ray dan anak-anak 'dikubur' hidup-hidup.
Orang-orang itu melengkapi gerbong dengan kipas yang mengembuskan udara tapi tetap terasa panas karena suhu menyengat.
Anak-anak mulai meraung-raung dalam suhu seperti oven. Ed Ray berusaha menghibur mereka tetapi dia juga menangis, merasa bahwa atapnya akan runtuh.
Ray, yang telah meninggal pada tahun 2012 dalam usia 91 tahun, pernah berkata, “Saya ingat anak-anak hanya menjerit dan menangis. Sisi van penyok. Aku tahu aku akan mati."
Akhirnya, anak tertua, 14 tahun Michael Marshall, mengumumkan bahwa dia tidak akan mati tanpa melakukan perlawanan.