Follow Us

Terlalu Sering Minum Es Teh, Pria Paruh Baya ini Alami Kerusakan Parah Pada Ginjalnya, Peringatan Untuk yang Suka Minuman Dingin

None - Rabu, 11 September 2019 | 20:05
Terlalu Sering Minum Es Teh, Pria Paruh Baya ini Alami Kerusakan Parah Pada Ginjalnya, Peringatan Untuk yang Suka Minuman Dingin
Lipton

Terlalu Sering Minum Es Teh, Pria Paruh Baya ini Alami Kerusakan Parah Pada Ginjalnya, Peringatan Untuk yang Suka Minuman Dingin

Karena dokter kebingungan, pria itu pun mengaku minum 16 gelas es teh setiap hari.

Teh hitam diketahui kaya akan oksalat, merupakan senyawa kimia yang dapat berdampak negatif pada ginjal.

Baca Juga: Misteri Identitas Pembunuh Berantai Paling Keji di London Terkuak Setelah 130 Tahun, Ternyata Hanya Seorang Tukang Cukur

Karena pasien mengonsumsi tiga hingga 10 kali lebih banyak asupan oksalat lebih banyak dari normalnya, tidaklah mengejutkan jika ginjalnya langsung berhenti berfungsi dengan baik.

"Dalam kasus ini ada kristal oksalat di dalam ginjal, dan itu menghasilkan reaksi inflamasi," kata Umbar Ghaffar dari University of Arkansas for Medical Sciences kepada Reuters.

dr Gaffar menyebutkan makanan lain seperti stroberi dan bayam juga kaya akan oksalat, sehingga perlu dikontrol mengonsumsinya.

Baca Juga: Selalu Mendengar Suara Aneh dari Dinding Rumahnya, Saat Dibongkar Sang Pemilik Rumah Terkejut Dapati Hal Berbahaya ini

"Jika itu tidak terselesaikan, itu akan menyebabkan jaringan parut dan kehilangan jaringan ginjal. Jadi itulah yang mungkin terjadi pada pasien ini," tuturnya.

Sementara itu penyakit ginjal kronis kerap disebut sebagai the silent killer.

Sering kali penderita tidak merasakan gejala tertentu hingga penyakit sudah memasuki stadium lanjut dan fungsi ginjal telah menurun.

"Penyakit ini baru diketahui orang umumnya ketika sudah mencapai stadium tiga sampai empat. Pasien heran saat disuruh cuci darah karena tidak tahu sudah terkena penyakit ginjal sebelumnya," ujar Guru Besar Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Parlindungan Siregar, seperti dikutip Kompas.com,Jumat (13/3/2015).

Keterlambatan deteksi dan penanganan penyakit tersebut menyebabkan prevalensi kematian akibat ginjal kronis di beberapa negara cukup tinggi. (*)

Source : intisari online

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Baca Lainnya

Latest