Follow Us

Miris! Anak-Anak Albino di Afrika Diburu dan Dimutilasi Hidup-Hidup, Bagian Tubuhnya Digunakan Untuk Praktik Ilmu Hitam

None - Senin, 09 September 2019 | 13:30
Miris! Anak-Anak Albino di Afrika Diburu dan Dimutilasi Hidup-Hidup, Bagian Tubuhnya Digunakan Untuk Praktik Ilmu Hitam
Kolase Gridhype.id

Miris! Anak-Anak Albino di Afrika Diburu dan Dimutilasi Hidup-Hidup, Bagian Tubuhnya Digunakan Untuk Praktik Ilmu Hitam

Sungguh ironis bukan, padahal penghasilan rata-rata orang Tanzania hanya $400 per tahun sekitar Rp5 juta.

Untuk itulah anak-anak yang menderita albino setidaknya harus ditempatkan secara aman, mereka harus berskolah dan tinggal di asrama.

Baca Juga: Kisah Zhang, Murid yang Meninggal Usai Dihukum Lompat Katak di Jalanan yang Curam Oleh Gurunya

Bahkan pada tahun 2014, sekitar 70 orang albino membentuk sebuah koloni mereka sendiri di Pulau Ukerewe pulau kecil di lepas pantai Tanzina.

Hal itu rupanya tak cukup, seorang warga albino di Ukerewe bernama Alfred Kapole diserang di Ukerewe.

Komunitas albino tersebut mulai membentuk organisasi di Tanzania bernama Albinism Society, yang berusaha meyakinkan orang-orang.

Komunitas tersebut mengatakan pada orang-orang dengan menulis "Kami tidak mencair di bawah matahari. Kami tidak menghilang. Kami hidup dan mati seperti orang normal."

Baca Juga: Tak Kuasa Menahan Nafsu, Pasien di Ruang IGD ini Nekat Lakukan Hubungan Badan dengan Jarum Infus Masih Menempel, Aksinya Terekam Kamera

Meski terdengar mengerikan, beberapa penduduk juga masih memiliki sikap toleransi dan melakukan perlawanan untuk menemukan keadilan bagi orang-orang albino.

Dalam sebuah perlawanan pada tahun 2015 misalnya, seorang wanita bernama Jane Faidha Bakari dituduh sebagai penyihir yang membayar untuk mendapatkan orang albino.

Untuk itulah orang-orang mendatangi rumahnya dan lebih dari 200 penduduk marah dan menyeretnya keluar dari rumah dan mengadili wanita tersebut hingga mati.

Sayangnya keberadaan dukun yang sebenarnya sangat rahasia dan tidak terungkap identitasnya, dan orang-orang hanya jatuh pada stereotip tentang apa yang dipikir mereka sebagai penyihir.

Source : Intisari Online

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Baca Lainnya

Latest