Ketika seorang peneliti, bernama Charles Staniland Wake dari Chicago melakukan perjalanan ke Afrika untuk mempelajari budaya dan suku yang berkembang.
Dalam bukunya berjudul Memoirs of International Congress of Anthropologie, Charles terkejut ketika bertemu dengan orang albino.
Namun, setahun kemudian ia tidak lagi melihat orang kulit putih lain selain yang ditemuinya tersebut, hal itu tentu menakutkan bagi Charles.
Terlebih ia menyaksikan bahwa bayi albino yang baru lahir akan dibunuh, hal itu tak lain untuk menjaga warna kulit penduduk desa supaya tetap terlihat gelap.
Dalam tulisannya ia menyimpulkan bahwa, "Hitam bisa berubah menjadi putih, tetapi putih tidak pernah bisa menjadi hitam."
Kesenjangan ras menunjukkan ketakutan orang kulit hitam, menuju kepunahan ras mereka.
Selain Charles, kisah lain yang dijelaskan adalah kisah Kabula seorang gadis albino yang diculik ketika pulang sekolah.
Beruntung Kabula tidak dibunuh, ironisnya tangannya dipotong setelah itu para penculiknya meninggalkannya.
Itu hanyalah satu kisah, sedangkan ratusan orang albino lain mengalami nasib yang sama dengan Kabula.
Untuk harga potongan tubuh orang albino rupanya juga cukup mahal, sekitar $2.000 sekitar Rp29 juta, sedangkan satu tubuh utuh orang albino memiliki harga $75.000 sekitar Rp1,1 Milliar.