Saat bertemu Raja Boti, Tribunnews menanyakan perihal pencuri di Boti. Dengan bahasa Dawan, Raja Boti, membenarkan bahwa di Boti tidak ada pencuri.
"Kalau ada yang mencuri kambing, kita beri mereka kambing agar sama dengan warga lain," jelas Raja Boti dengan nada tenang penuh wibawa.
Sedangkan jika ada warga yang mencuri hasil kebun, maka pencuri tersebut diberikan tanah agar bisa berkebun dan memiliki hasil sendiri.
"Kita berikan tanah agar bisa berkebun sendiri," ujar Raja Boti yang memiliki rambut panjang di konde ini.
Raja Boti juga melarang warga berburu burung di perkampungan. "Kalau berburu hewan atau burung, kami di hutan. Kalau berburu di kampung, hewan akan punah," jelas Ansel.
Untuk mengajarkan nilai kebaikan tersebut, Raja Boti setiap tanggal 9 membuat pertemuan dengan rakyatnya. Di pertemuan itulah Raja menyampaikan pesan dan arahan agar masyarakat berbuat baik, bercocok tanam, serta membuat kerajinan.
Hasilnya, di kawasan Rumah Raja dibangun satu rumah untuk menjual hasil kerajinan warga Boti. Ada gelang dari kuningan, perunggu hingga gelang dari akar tanaman di Boti serta souvenir lain.
Bertani
Kepala Sekolah SD GMIT Boti, Mikel Selan menjelaskan, hampir seluruh warga Boti berprofesi sebagai petani. Mereka menanam Jagung, ubi dan kacang.
Karena hujan hanya paling lama 3-4 bulan, petani hanya bisa menanam jagung sekali dalam setahun.
"Makanan pokok di Boti yaitu Bose (nasi jagung)," jelas Mikel Selan.