Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Ke'te Kesu, Warisan Megah di Tana Toraja yang Tak Berubah Selama 400 Tahun

None - Minggu, 25 Agustus 2019 | 13:45
Ke'te Kesu, Warisan Megah di Tana Toraja yang Tak Berubah Selama 400 Tahun
instagram.com/t_rizqi

Ke'te Kesu, Warisan Megah di Tana Toraja yang Tak Berubah Selama 400 Tahun

GridHype.ID – Indonesia dikenal dengan berbagai suku dan budayanya yang sangat beraga.

Kekayaan tradisinya membuat Indonesia semakin unik di mata dunia.

Salah satunya sebuah desa tradisional eksentrik yang tersembunyi di wilayah pegunungan Tana Toraja, Sulawesi Selatan ini terletak di tengah hamparan sawah luas.

Inilah desa Ke’te Kesu, yang merupakan desa tertua di Sanggalangi.

Baca Juga: Rahasia Putri Diana Terkuak, Benarkah Pangeran William dan Pangeran Harry Miliki Kakak Perempuan?

Usia desa Ke’te Kesu diperkirakan mencapai 400 tahun. Uniknya, ia tidak pernah mengalami perubahan sejak pertama kali berdiri.

Jika melihat keadaannya saat ini, bisa dibilang bahwa Ke’te Kesu menjadi semacam museum hidup–orang yang mengunjunginya dapat secara langsung melihat budaya dan tradisi unik dari masyarakat Toraja.

Hal yang membuat Ke'te Kesu menarik perhatian adalah keseriusan mereka terhadap kematian.

Hal ini dapat dilihat dari ritual maupun upacara pemakaman yang mewah, kuburan yang menggantung, dan situs permakaman yang penuh dengan dekorasi.

Baca Juga: Aris, Pedofilia Asal Mojokerto Jadi Orang Pertama yang Dijatuhi Hukuman Kebiri di Indonesia Usai Cabuli 9 Anak

Desa yang tak lekang oleh waktu ini, ditempati oleh sekitar 20 keluarga. Beberapa di antara mereka tinggal dalam Tongkonan–rumah adat masyarakat Toraja.

Ada delapan Tongkonan di Ke'te Kesu, diatur berbaris dan berhadapan, lengkap dengan lumbung padi yang terhubung.

Dinding Tongkonan dihiasi dengan tanduk kerbau dan ukiran yang indah–berfungsi sebagai penanda status pemilik rumah.

Menurut masyarakat asli Toraja, hanya mereka yang berdarah bangsawan yang boleh membangun Tongkonan.

Tongkongan yang saling berhadapan.
ytimg

Tongkongan yang saling berhadapan.

Masyarakat biasa tinggal di rumah yang lebih kecil dengan desain yang tidak terlalu rumit seperti Tongkonan.

Baca Juga: Dibuat dengan Teknologi Baru, Ekspresi Roger Danuarta Jadi Sorotan Saat Ditanya Harga Jas Pernikahannya

Jika dilihat dari luar, Tongkonan memiliki kekhasan bentuk atap seperti perahu besar. Proses pembangunan rumah adat ini pun cukup sulit.

Untuk membangunnya, proses ini harus dibantu oleh seluruh anggota keluarga.

Salah satu Tongkonan telah diubah fungsinya menjadi museum. Ia memamerkan benda-benda unik dan bersejarah dari adat istiadat kuno.

Keramik Tiongkok, patung, belati, parang, hingga bendera pertama yang pernah dikibarkan di Toraja pun terpajang di sana.

Museum tersebut juga membuka workshop bagi pengunjung yang ingin melatih keterampilannya membuat karya seni dari bambu.

Tidak jauh dari Tongkonan, terdapat batu menhir di tengah sawah–penanda jalan menuju bukit mistis bernama Bukit Buntu Ke'su yang merupakan situs pemakaman kuno berusia 700 tahun.

Baca Juga: Viral Kisah Wanita Rembang yang Meninggal Usai Minta Dipeluk Sang Kekasih

Di jalur bukit yang berbatu, berserakan tengkorak dan tulang manusia. Beberapa di antaranya bahkan menumpuk tinggi dalam bejana besar berbentuk perahu atau sampan.

Pada tebing bukit, dibuat beberapa lubang untuk menguburkan mayat. Berdasarkan tradisi setempat, warga yang berdarah bangsawan akan dimakamkan di lubang tertinggi, sementara orang biasa di kaki bukit.

Masyarakat Toraja percaya, semakin tinggi lokasi seseorang dikubur, maka semakin mudah jalan mereka menuju surga.

Beberapa makam adat di Kete Kesu telah ditutup dengan jeruji besi untuk mencegah pencurian patung jenazah adat (tau-tau).

Baca Juga: Beberapa Tahi Lalat Berikut ini Jadi Tanda Kanker Kulit Mematikan, Simak Penjelasannya!

Sebab, beberapa jenazah dapat dilihat jelas dari luar bersama dengan harta yang dikuburkan di dalamnya.

Ada pula peti mati yang menggantung di dinding bukit. Peti kayu tersebut diukir dengan akurasi dan keindahan yang luar biasa.

Warga Ke'te Kesu dikenal sebagai pengrajin yang sangat terampil. Ornamen unik pada bambu atau batu diukir dengan abstrak atau geometris.

Beberapa suvenir yang mereka buat dapat Anda beli di sana. Termasuk tatakan gelas, perhiasan, hiasan dinding, tau-tau, dan bahkan senjata tradisional.

Tempat dimakamkannya penduduk.
ytimg

Tempat dimakamkannya penduduk.

Baca Juga: Lakukan Spa Ikan, Wanita ini Justru Harus Kehilangan Jari Kaki Kanannya!

Harganya beragam, mulai dari yang murah hingga mahal. Untuk hiasan dinding yang rumit dan lukisan berukir misalnya, dapat dibanderol dengan harga jutaan rupiah.

Dengan keunikkan dan kekhasan tradisi mereka, desa Ke'te Kesu menjadi salah satu warisan megah Toraja yang patut Anda kunjungi.

Cara menuju ke Ke'te Kesu

Untuk sampai ke Ke'te Kesu, Anda harus naik pesawat terlebih dahulu ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Selanjutnya, perjalanan dilakukan melalui jalur darat.

Tersedia bus dari Makassar menuju Rantepao Toraja. Perjalanan ke Rantepao memakan waktu selama delapan jam.

Jika sudah sampai di Toraja, Anda harus melakukan perjalanan satu jam lagi ke desa Ke'te Kesu.

Informasi mengenai Ke'te Kesu maupun Toraja tersedia di pesona.travel. (*)

Artikel ini telah tayang di Nationalgeographic.co.id dengan judul“Ke'te Kesu, Warisan Megah dari Kekayaan Tradisi Toraja”

Source : national geographic

Editor : Hype

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x