Muncul Varian Baru yang Terus Menyebar Secara Cepat, WHO Sebut Dunia Berada Pada Titik Berbahaya dalam Pandemi Covid-10

Sabtu, 10 Juli 2021 | 13:00
freepik

ilustrasi VIRUS CORONA

GridHype.ID - Kasus Covid-19 makin mengganas tak hanya di Indonesia.

Pasalnya, beberapa negara melaporkan adanya kasus baru yang terus muncul.

Melansir dari Kompas.com, Pemimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan, Rabu (7/7/2021) menyatakan dunia berada pada titik berbahaya dalam pandemi Covid-19, ketika berbagai varian Covid-19 yang terus menyebar secara cepat karena upaya vaksinasi global yang tidak merata.

Baca Juga: Ramai Pro Kontra Penggunaan Ivermectin untuk Sembuhkan Covid-19, Dokter Tirta : Membutuhkan Penelitian Lebih Lanjut

Dari kantor pusat WHO di Jenewa, Tedros menyampaikan beberapa negara dengan tingkat vaksinasi tinggi merencanakan peluncuran suntikan vaksin penguat (booster) dalam beberapa bulan mendatang, dan melonggarkan prokes termasuk jarak sosial seolah-olah pandemi sudah berakhir.

Akan tetapi kepala WHO itu menguraikan pandangannya berkaitan dengan “ketidaksetaraan yang mengejutkan dalam vaksinasi,” dan kehadiran varian virus corona yang sangat menular penyebab Covid-19, di banyak negara di setiap wilayah di dunia sehingga mereka menghadapi lonjakan tajam infeksi serta opname di rumah sakit.

Tedros menegaskan hal itu selanjutnya menyebabkan kekurangan persediaan oksigen dan perawatan serta mendorong gelombang kematian di beberapa bagian Afrika, Asia dan Amerika Latin.

Baca Juga: Angka Kasus Covid-19 di Tanah Air Makin Hari Melonjak, Penuhi Kebutuhan Asupan Vitamin D Lewat Beberapa Jenis Makanan ini

Tedros menambahkan bahwa di seluruh dunia, varian Covid-19 yang baru memenangkan perang melawan vaksin karena produksi dan distribusi vaksin yang tidak merata, yang ia nilai juga mengancam pemulihan ekonomi global.

Kematian di seluruh dunia terkait virus corona baru-baru ini melewati 4 juta ketika banyak negara berjuang untuk mendapatkan pasokan vaksin yang cukup untuk disuntikkan pada penduduk mereka.

Tedros menegaskan, “Nasionalisme vaksin, ketika segelintir negara telah mengambil bagian terbesar, secara moral tidak dapat dipertahankan. Itu merupakan strategi kesehatan masyarakat yang tidak efektif melawan virus penyerang pernapasan ini yang bermutasi secara cepat dan semakin efektif berpindah dari manusia ke manusia.”

Baca Juga: Demi Cegah Penularan Covid-19, Sarwendah Batasi Bertemu Orang hingga Selalu Siapkan Tenaga Medis di Rumah: Dua Hari Sekali Mereka Swab Antigen

Tedros mencatat bahwa para menteri keuangan dari kekuatan ekonomi dunia G-20 akan bertemu akhir pekan ini di Venesia.

Dia meminta para menteri keuangan dan pemimpin lainnya untuk mendukung seruan agar 10 persen penduduk di semua negara sudah divaksinasi pada September mendatang, serta agar angka itu meningkat menjadi 40 persen pada akhir 2021.

Katanya, menyediakan pendanaan yang perlu untuk mencapai produksi dan distribusi yang setara dari berbagai alat kesehatan merupakan cara tercepat untuk mengakhiri tahap pandemi yang akut ini, menyelamatkan nyawa dan kehidupan, serta mendorong sebuah pemulihan ekonomi yang benar-benar bersifat global.

Baca Juga: Nggak Perlu Borong You C 1000 dan Susu Beruang, WHO Beri Anjuran Konsumsi Makanan ini untuk Jaga Daya Tahan Tubuh di Tengah Pandemi Covid-19

Terbaru, varian Covid-19 kembali ditemukan.

Melansir dari Kontan.co.id, dilaporkan, vaksin Covid-19 tidak efektif dalam menghadapi varian yang disebut sebagai varian Lambda tersebut.

Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengklasifikasikan varian ini sebagai variant of interest.

Baca Juga: Viral Video Orang-orang Berebut Bear Brand di Supermarket, Ternyata Tak Hanya Susu Beruang yang Bisa Tangkal Covid-19, Simak Fakta Berikut

Melansir Jerusalem Post, varian Lambda saat ini beredar di beberapa negara Amerika Selatan dengan kecepatan tinggi, dan keberadaan mutasi kritis telah terdeteksi pada lonjakan protein.

Sementara dampak mutasi pada kekebalan antibodi pasien dan efisiensi vaksin tidak sepenuhnya diketahui.

Adanya fakta bahwa varian Delta telah mengurangi efisiensi vaksin menjadi sekitar 64%, telah membuat WHO berpikir adanya kekhawatiran atas resistensi serupa terkait varian ini.

Baca Juga: Sakit Asmanya Memperburuk Kesehatannya Saat Terpapar Covid-19, Sahabat Ungkap Kondisi Terakhir Jane Shalimar Sebelum Meninggal Dunia

Efek dari varian Lambda diperiksa oleh tim peneliti, dan hasilnya dibagikan dalam studi yang tidak ditinjau sejawat yang diterbitkan oleh situs web Ilmu Kesehatan "medRxiv."

Awalnya diidentifikasi di Peru tahun lalu, varian Lambda bertanggung jawab atas 82% kasus Covid-19 baru di Peru selama dua bulan terakhir.

Sekitar sepertiga kasus di Chili dalam jangka waktu yang sama juga disebabkan oleh jenis Lambda.

Baca Juga: Sahabat Sebut Jane Shalimar Banyak Kegiatan di Luar Rumah hingga Mengeluh Badan Sakit, Kronologi Jane Shalimar Terpapar Virus Covid-19

Selain itu, menurut majalah Fortune, Inggris adalah salah satu dari sedikit negara non-Amerika Selatan yang telah mengidentifikasi varian ini dalam beberapa kasus.

(*)

Tag

Editor : Nabila Nurul Chasanati

Sumber Kompas.com, Kontan.co.id