Terlalu Banyak Dampak Negatif dari Pembelajaran Jarak Jauh, Nadiem Makarim Prioritaskan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Terima Vaksin Covid-19, Harapkan Semua Sekolah Dibuka Pada Juli 2021

Kamis, 01 April 2021 | 21:00
kompas.com

Mendikbud Nadiem Makarim

GridHype.ID - Pemerintah Indonesia tengah gencar melakukan program vaksinasi covid-19 untuk seluruh masyarakat.

Tenaga pendidik dan kependidikan puntak luput dari jangkauan program vaksinasi Covid-19.

Melansir dari kompas.com, Mendikbud Nadiem Makarim membidik program tersebut agar bisa terselesaikan di akhir Juni 2021 mendatang.

Baca Juga: Viral di TikTok, Beli Minuman Teh Rasa Blackcurrant Bakal Kena Tatapan Sinis Kasir, Kenapa?

Iaberharap semua sekolah sudah mulai melakukan belajar tatap muka pada Juli 2021.

"Jadi bukan diterapkan di Juli 2021, tapi harapannya semua sekolah sudah belajar tatap muka di Juli 2021," ujar Nadiem, seperti diberitakan Rabu (31/3/2021).

Ia menyatakan, sekolah sudah wajib membuka belajar tatap muka sejak Selasa (30/3/2021) sesuai dengan keputusan SKB 4 Menteri.

Baca Juga: Demi Kemanjuran Vaksin Covid-19, Sebelum Disuntik Sebaiknya Hidari Konsumsi Obat-obatan Berikut Ini, Yuk Cari Tahu!

"Jadi bukan di Juli mulai dibuka, tapi mulai sekarang ini. Setelah SKB 4 Menteri kita luncurkan sudah bisa belajar tatap muka," tegas dia.

Meski sudah membuka belajar tatap muka, bilang dia, sekolah tetap menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Tak hanya itu, Nadiem juga mengungkapkan kapasitas belajar tatap muka di sekolah hanya sebesar 50 persen.

Sehingga, sekolah juga harus membuka pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi siswa.

Ketentuan belajar tatap muka di sekolah, lanjut dia, ada ditangan orangtua.

Baca Juga: Kabar Tak Sedap, Jerman Lagi-lagi Tangguhkan Vaksin Covid-19 AstraZeneca Usai Muncul Kasus Pembekuan Darah

"Kembali lagi ke orangtua yang bisa memberikan izin atau tidak siswa belajar tatap muka atau tetap jalankan PJJ dari rumah," ungkapnya.

Terlalu lama siswa menjalani pendidikan jarak jauh (PJJ), Kemendikbud menyatakan programtersebut akan memberi dampak negatif pada siswa.

“Mulai dari ancaman putus sekolah, yang disebabkan anak terpaksa bekerja untuk membantu keuangan keluarga di tengah pandemi COVID-19,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbud, Jumeri di Jakarta seperti yang dikutip dari antaranews.com pada Selasa (1/12/2020).

Baca Juga: Kabar Gembira, Sekolah Tatap Muka Terbatas Bakal Dilaksanakan Mulai Juli 2021 Mendatang, Begini Kata Nadiem Makarim: Kita Mewajibkan Bila Guru...

Dia menjelaskan pelaksanaan PJJ membuat orang tua memiliki persepsi tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar-mengajar apabila pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka.

Dampak berikutnya adalah kendala tumbuh kembang, yang mana terjadi kesenjangan capaian belajar.

“Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio ekonomi berbeda,” jelas dia.

Kemudian, akan terjadi risiko kehilangan pembelajaran yang terjadi secara berkepanjangan dan menghambat tumbuh kembang anak secara optimal.

Dampak selanjutnya adalah tekanan psikososial dan kekerasan dalam rumah tangga yang mana mengakibatkan anak stres akibat minimnya interaksi dengan guru, teman dan lingkungan luar, ditambah tekanan akibat sulitnya pembelajaran jarak jauh yang menyebabkan stres pada anak.

Baca Juga: BERITA POPULER: Bungkam Soal Perselingkuhannya, Sosok ini Bongkar Rencana Nissa dan Ayus Sabyan Tahun Depan Hingga Kepastian THR dan Gaji 13 Bagi PNS

“Juga kasus kekerasan banyak yang tidak terdeteksi, tanpa sekolah banyak anak terjebak pada kekerasan di rumah tanpa terdeteksi oleh guru,” kata dia lagi.

(*)

Tag

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber Kompas.com, antaranews.com