GridHype.ID - Banyak perusahaan di Tanah Air yang harus merumahkan pegawainya di tengah pandemi Covid-19.
Tentu hal ini merupakan dampak signifikan Covid-19 pada iklim ekonomi setiap negara.
Hal ini pula yang dirasakan Agus Mustofa (34) yang telan pil pahit harus dirumahkan oleh perusahaan yang memperkerjakannya.
Kendati demikian, Agus Mustofa tak tinggal diam, dirinya justru menuai berkah di saat pandemi Covid-19.
Sebagai pemangkas rambut online, ia menjemput bola ke rumah pelanggan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Siang itu, Mustofa tengah duduk di bangku pangkas rambut di dalam rumahnya sembari menunggu orderan masuk.
Ia sudah memiliki banyak langganan tetap.
Di sela-sela menunggu, Agus menceritakan awal mula menjadi seorang pemangkas rambut.
Pekerjaannya jauh 180 derajat dari apa yang dibayangkannya.
Agus awalnya bekerja sebagai seorang mekanik di bagian jasa derek motor di sebuah perusahaan Jepang.
Namun, ia terkena PHK sekitar tahun 2018.
Agus mengantongi uang pesangon dari perusahaan itu.
Saat itu, ia mengaku bingung untuk memulai usaha sejak menganggur meski sudah punya modal.
"Awal mulanya bingung. Mau mulai usaha bakso, enggak boleh. Alasannya karena orangtua bilang saya enggak bisa masak," ujarnya kepada TribunJakarta.com pada Jumat (13/11/2020).
Ia melakukan ikhtiar puasa dan istikharah agar diberikan petunjuk saat berada di persimpangan jalan untuk berusaha.
Agus mengingat bahwa ia sempat bermimpi sedang berada di tempat cukur rambut.
"Dikasih petunjuk bahwa saya sedang berada di barbershop. Setelah itu saya mikir, masa saya jadi tukang cukur. Saya penasaran untuk cari-cari tahu," lanjutnya.
Baca Juga: Buntut Omnibuslaw, Buruh Ajukan Uji Materi UU Cipta Kerja ke Mahkamah Konstitusi
Setelah mencari tahu lewat youtube, pengetahuannya tentang cukur rambut mulai bertambah.Barbershop bukan sekadar tempat orang cukur rambut saja.
Lebih dari itu, Agus melihat sosok pemangkas rambut itu merupakan pekerjaan yang terlihat keren.
Ia mulai belajar memangkas rambut lewat youtube dan mengikuti seminar-seminar yang diselenggarakan Komunitas Salam Pangkas Indonesia (SPI).
"Saya ikut kursus selama sebulan, kalau otodidak enggak sampai sebulan," ujarnya.
Sembari mengikuti seminar dari komunitas SPI, ia nekat membangun usaha pangkas rambut.
Menyulap Ruang Tamu
Untuk mempraktikkan keahliannya barunya itu, Agus menyulap ruang tamu rumahnya menjadi barbershop.
Baca Juga: Merasa Nyaman, Rizky Billar Blak-blakkan Sebut Lesty Kejora Adalah Wanita yang Ingin Dinikahinya
Begitu masuk dari pintu rumah, terlihat bangku pangkas rambut langsung menyapa.
Deretan peralatan cukur juga tersimpan di sebuah kotak kayu khusus.
Ada juga cermin yang tergantung di samping kursi cukur.
Modal yang dikeluarkan awalnya hanya Rp 2 juta untuk membeli mesin cukur.
Namun, lambat laun modal yang dikeluarkan bertambah menjadi Rp 8 juta.
Dengan total Rp 10 juta, ia sudah bisa membuat tempat pangkas rambut sederhana di rumahnya yang berada di tengah permukiman padat Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan.
"Belajar pertama itu cukur rambut ayah saya dan saudara. Alat-alatnya saya beli sesuai dengan yang ada di youtube," sambungnya.
Ia kemudian membuka jasa cukur rambut di rumahnya dan menerima panggilan lewat sosial media atau whatsapp.
Selain itu, Agus juga tergabung ke dalam sejumlah aplikasi penyedia jasa pangkas rambut di antaranya Dkapster, Cukurin, Pang-ling dan lain-lain.
The power of social media
The power of social media sebuah keniscayaan agar produk atau jasa kita dikenal di era digital.
Agus pun demikian. Berkat sosial media lah, usahanya dikenal banyak orang.
"Saya diajarin sama anak smp. Kak, coba pasarkan lewat Instagram dong. Terus saya mulai gencar di medsos. Saya tak lupa pakai tag. Saya bikin postingannya semenarik mungkin. Itu berpengaruh. Tujuan saya buat promosi kan," jelasnya.
Baca Juga: Air Mata Ruben Onsu Pecah Saat Tahu Betrand Peto Dibully
Banyak langganan baru berawal dari akun Instagramnya yang bernama @mustofa_barber_house.
Bahkan, ceritanya, ada sejumlah pelanggan baru datang jauh-jauh untuk mencoba jasa cukur rambut Agus di rumahnya.
"Ada yang dari Pasar Minggu bahkan Bekasi," tambahnya.
Tarif sekali cukur seharga Rp 100 ribu. Harga itu belum termasuk ongkos perjalanan ke rumah pelanggan.
Berkah di awal pandemi
Awal pandemi Agus sempat merasakan sepinya pelanggan.
Kala itu, permukimannya ditutup untuk umum.
Hanya warga asli yang bisa masuk.
Imbasnya, tempat cukurnya menjadi sepi.
Selang beberapa hari, ia mulai menuai banyak pelanggan yang memintanya datang ke rumah.
Baca Juga: Harap Bersabar, Ternyata Ini Alasan BLT Subsidi Gaji Termin II Belum Cair, Yuk Disimak Penjelasannya
Bahkan, dalam sebulan, ia pernah mendapatkan omzet Rp 10 juta-an.
"Awal pandemi banyak yang takut keluar rumah, jadi saya jemput bola," ucapnya.
Protokol kesehatan Ketat
Agus selalu menerapkan protokol kesehatan yang ketat bila dipanggil ke rumah pelanggan.
Maka tak heran, banyak yang memakai jasanya untuk cukur rambut.
Ia selalu memakai face shield, hand sanitizer, sarung tangan dan cairan disinfektan ketika menangani pelanggan.
Uniknya, ia juga selalu memakai kain berbentuk payung yang terpasang di bahu pelanggan agar sisa rambut dapat tertampung dan tidak berserakan di lantai rumah.
"Karena saya selalu bersih, ada juga langganan dari dokter yang memakai jasa saya. Saya pun juga dipromosikan ke teman-temannya," pungkasnya.
Bertemu Sandiaga Uno
Semenjak gencar promosi di media sosial, Agus dikenal banyak orang.
Bahkan, kisahnya sampai menarik perhatian Sandiaga Uno untuk mengundangnya menjadi narasumber di salah satu program televisi.
Pria yang pernah menjadi Cawapres periode 2019-2024 tersebut menganggap kisah Agus memberikan inspirasi bagi banyak orang di tengah pandemi.
Meski sempat diremehkan pada saat banting setir dari seorang mekanik, pekerjaan sebagai pemangkas rambut nyatanya malah membuat Agus menuai berkah.
Bahkan, di saat pandemi datang membawa petaka bagi penghasilan sebagian besar warga.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Jadi Korban PHK, Mantan Mekanik Ini Sukses Jadi Pemangkas Rambut Online hingga Bertemu Sandiaga Uno
(*)