Sebelum George Floyd Tewas Ditangannya, Rekan Sesama Polisi Berikan Peringatan untuk Tak Lakukan Kejadian Memilukan Itu

Minggu, 07 Juni 2020 | 21:30
theafricareport.com

#BlackLivesMatter

GridHype.ID - Belakangan ini isu rasisme kembali menghebohkan publik di seluruh dunia.

Hal tersebut lantaran seorang warga kulit hitam bernama George Floyd diduga meninggal dunia karena perilaku seorang polisi.

Polisi tersebut terlihat menekan leher George Floyd sehingga ia mengalami sesak napas dan meninggal dunia.

Peristiwa yang menyebabkan George Floyd meninggal dunia terus bermunculan.

Baca Juga: Banjir Cacian dan Hujatan Warga Dunia, Eks Polisi Pembunuh George Floyd Harus Terima Nasib Terancam Tertular Virus Corona, Usai Diketahui Floyd Positif Covid-19

Yang terbaru, salah seorang polisi yang juga jadi pelaku tewasnya George Floyd ternyata sempat memperingatkan rekannya, Derek Chauvin.

Tapi saat itu, Chauvin yang jadi pelaku utama seolah tak menghiraukan perkataan temannya tersebut.

Seperti dilansir dari Kompas.com, salah satu dari eks polisi yang jadi pelaku tewasnya George Floyd mengklaim, dia berusaha memperingatkan rekannya.

Fakta itu disampaikan Tom Plunkett, pengacara J Aleander Kueng, dalam insiden yang kemudian memicu gelombang demonstrasi dua pekan terakhir.

Baca Juga: Tak Bisa Miliki Kekasih Karena Merasa Dipantau Agen Rahasia Jerman, Pria Rasis Ini Nekat Lakukan Aksi Teror

Dalam sidang, Plunkett menyatakan bahwa Kueng sudah berusaha memperingatkan rekan-rekannya saat menahan George Floyd. "Jangan lakukan itu," ujarnya.

J Aleander Kueng dihadirkan dalam sidang Kamis (4/6/20) bersama dengan dua mantan polisi lainnya, Tou Thao serta Thomas Lane.

Ketiganya dijerat dengan pasal membantu dan bersekongkol melakukan pembunuhan, termasuk juga persekongkolan pembunuhan tak disengaja.

Sementara Derek Chauvin merupakan pelaku utama, setelah dia menindihkan lututnya ke leher Floyd, dalam peristiwa yang terjadi pada 25 Mei.

Baca Juga: Perumahan Mewah Spruce Creek di Amerika Sempat Viral, 700 Rumah di Sana Memiliki Garasi Pesawat Masing-Masing

Chauvin didakwa dengan pembunuhan tingkat tiga, pembunuhan tingkat dua, dan pembunuhan tak disengaja tingkat dua. Semua terdakwa terancam dipenjara hingga 40 tahun.

Dilansir NBC News via Sky News Jumat (5/6/20), Kueng disebut baru tiga hari bertugas. Sementara Lane baru menjalani tugas keempat, ujar pengacaranya, Earl Gray.

Gray berujar, kliennya itu sempat dua kali bertanya kepada Derek Chauvin yang notabene instruktur mereka. "Haruskah kita membalikannya?" tanyanya.

Lane takut jika Floyd mengalami delirium, yaitu demam atau keracunan yang ditandai dengan kegelisahan, ilusi, atau ketidaktepatan pikiran serta perkataan.

Baca Juga: Amerika Serikat Duduki Negara Terparah Angka Infeksi Covid-19, Donald Trump Justru Tutup Hubungan dengan WHO dan Sebut Lembaga Ini Bohongi Dunia

"Apa yang bisa klien saya lakukan selain menaati apa yang diperintahkan oleh instruktur," jelas Gray selama sidang berlangsung.

Beberapa video yang menyebar di media sosial memperlihatkan Chauvin menindih leher Floyd, dengan tiga lainnya berusaha mengendalikannya.

"Tolong, tolong, aku tak bisa bernapas," pinta Floyd dalam video. "Perutku sakit, leherku sakit. Tolong, aku tak bisa bernapas," lanjut dia.

Dalam laporan pidana, Lane dan Kueng yang pertama kali datang merespon laporan pegawai Cup Foods, toko kelontong yang didatangi Floyd.

Baca Juga: Salah Kaprah! Mencampurkan Alpukat dengan Susu dan Gula Justru Berbahaya

Saat itu, si pegawai toko menduga korban menggunakan uang palsu senilai 20 dollar AS, atau sekitar Rp282.077, untuk membeli barang.

Ketika Lane melihat Floyd masih berada di parkiran, dia segera mengacungkan pistol, mengeluarkannya dari mobil, dan memborgolnya.

Setelah itu, Floyd yang masih terborgol dijatuhkan ke aspal jalan, dengan Kueng memegangi punggung sementara Lane menekan kakinya.

Sementara Floyd terus mengerang dengan mengatakan "Mama", "aku tak bisa bernapas", dan "tolong" beberapa kali, Lane sempat bertanya apa dia perlu membalikannya.

Baca Juga: Kondisi Amerika Serikat Kian Mencekam, Kerusuhan dan Penjarahan Terjadi di Penjuru Negeri, Komisaris Kesehatan Khawatirkan akan Adanya Ledakan Kasus Virus Corona

"Tidak, biarkan saja dia seperti ini," jawab Chauvin. "Saya takut jika dia terkena delirium atau semacamnya," sergah Lane.

Berdasarkan otopsi dari kantor pemeriksa medis Hennepin County, Floyd tewas karena "tekanan kardiopulmoner karena leher yang ditekan".

Hasil pemeriksaan post-mortem memang menyebut Floyd adalah korban pembunuhan, namun menekankan, pria 46 tahun itu juga punya riwayat kesehatan serius.

Di antaranya adalah penyakit jantung serta tekanan darah tinggi, keracunan fentanyl, hingga mengonsumsi methamphetamine.

Baca Juga: Berjuang Memerdekakan Negaranya dari Indonesia, Sosok Ini Pernah Bikin Timor Leste Kacau Sampai Nyaris Tembak Presidennya Sendiri

Tapi, hasil otopsi dari pihak keluarga mengeluarkan fakta berbeda, di mana Floyd tewas karena sesak napas yang disebabkan putusnya aliran darah ke otak.

Artikel ini telah tayang di GridStar.ID dengan judul Terungkap! Saat George Floyd Ditindih Lehernya, Salah Seorang Polisi yang Juga Pelaku Sempat Peringatkan Rekannya: Jangan Lakukan Itu

(*)

Tag

Editor : Nailul Iffah

Sumber GridStar.ID