54 Tahun Berlalu, Mengenang 7Jendral yang Diculik dan Dihabisi Oleh PKI Seperti ini Proses Penemuan Jasad Mereka yang Dipaksa Masuk dalam 1 Lubang

Selasa, 01 Oktober 2019 | 11:35
IST via Tribunjogja.com

54 Tahun Silam Berlalu, Mengenang 7Jendral yang Diculik dan Dihabisi Oleh PKI Seperti ini Proses Penemuan Jasad Mereka

Gridhype.id – 54 tahun silam tepat pada 30 September 1965 tragedi kelam dalam sejarah Indonesia dilakukan oleh oknum pengkhianat negara.

Tragedi berdarah tersebut kini dikenal dengan sebutan G30S/PKI.

Dalam tragedi mengerikan tersebut, sedikitnya ada 10 nama yang menjadi korban tewas, termasuk 6 jenderal dan seorang perwira.

Selain tujuh jenderal TNI di atas, PKI juga menghabisi sejumlah anggota TNI dan Polri lain seperti AIP Karel Satsuit Tubu, Kapten Pierre Tendean, dan Kolonel Sugiono.

Baca Juga: Sering Dianggap Menjijikan, Rupanya Cicak Jadi Makanan Khas di Negara ini, Mulai dari Dipanggang Hingga Direbus

Kita sekarang mengenang 10 korban peristiwa G30S/PKI tersebut sebagai Pahlawan Revolusi.

Bahkan, putri jenderal TNI AH Nasution, Ade Irma Suryani Nasution juga harus tewas karena ditembak PKI.

Gugurnya beberapa tentara saat gerakan 30 September alias G30S/PKI membuat presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno menjadi bersedih.

Kesedihan Presiden Soekarno atas korban G30S/PKI diungkap dalam buku bertajuk 'Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno', Penerbit Buku Kompas 2014.

Maulwi yang merupakan pengawal pribadi Bung Karno, mengatakan kalau presiden Soekarno sangat sedih sekali atas nasib yang menimpa para jenderal TNI yang diculik.

Baca Juga: Bagikan Pengalaman Syuting Bareng Hanung Bramantyo, Melly Goeslaw Ngaku Sempat Dimarahi dan Diteriaki sang Sutradara

“Presiden sedih sekali atas nasib para jenderal yang diculik, khususnya Jenderal Ahmad Yani, jenderal yang amat disayanginya.

Karena nasib para jenderal dan seorang perwira pertama belum diketahui, Presiden memerintahkan saya untuk mencari tahu nasib mereka," tulis Maulwi dalam bukunya.

Pada 2 Oktober 1965, Presiden Soekarno telah memanggil semua Panglima Angkatan Bersenjata bersama Waperdam II Leimena dan para pejabat penting lainnya dengan maksud segera menyelesaikan persoalan apa yang disebut Gerakan 30 September.

Tindakan Bung Karno itu merupakan langkah standar karena dirinya adalah selaku Panglima Tertinggi ABRI.

Baca Juga: Kisah Irena Sendler, yang Pertaruhkan Nyawanya Demi Memasukkan Ribuan Anak ke Peti Mati, Alasannya Memilukan

“Pada tanggal 3 Oktober 1965 pagi, saya menghadap Presiden Soekarno, menyampaikan laporan tentang perkembangan terakhir termasuk penemuan seorang agen polisi,” kata Maulwi yang menjabat sebagai pengawal pribadi Bung Karno dan Wakil Komandan pasukan Tjakrabirawa.

Setelah mempelajari keterangan seorang agen polisi yang bernama Sukitman, Maulwi bersama Letnan Kolonel Ali Ebram dan Sersan Udara PGT Poniran menumpang Jip Toyota No.2 berangkat menuju Halim Perdanakusuma.

Sekadar informasi, ternyata sewaktu penculikan para jenderal pada 1 Oktober 1965, Sukitman sedang bertugas dan ikut dibawa ke Lubang Buaya, yang akhirnya ditemukan oleh patroli Tjakrabirawa.

Mereka terlebih dahulu melapor dan bertemu dengan Kolonel AU/PNB Tjokro, perwira piket Halim Perdanakusuma.

“Saya sampaikan maksud kedatangan saya,” kata Maulwi.

“Kami dibantu seorang anggota TNI AU berpangkat letnan muda penerbang, mencari lokasi yang diceritakan oleh agen polisi tesebut.”

Baca Juga: Mengenal Burhan Kampak, Sosok Algojo Pembantai PKI Asal Yogyakarta yang Miliki Lisensi Untuk Membunuh

Jip Toyota selalu membawa satu set generator listrik berkekuatan 1 PK yang sewaktu-waktu dapat digunakan karena pada waktu itu arus listrik sering mati-hidup.

Mereka menemukan sebuah rumah atau pondok kecil di Lubang Buaya yang didekatnya terdapat sebuah pohon besar.

Dilakukan pencarian di sekitarnya dan ditemukan sebidang tanah yang sudah tidak digunakan, tetapi terlihat tanda mencurigakan seperti baru dipakai.

Di tempat itu, tumpukan dedaunan dikorek-korek dan terlihat permukaan sebuah sumur tua.

Karena tidak memiliki peralatan untuk menggali tanah, mereka meminta bantuan warga sekitar untuk menggali sumur itu.

Baca Juga: Selalu Unggah Gaya Hidup Glamor, Siapa Sangka Apartemen Influencer ini Justru Terlihat Menjijikan, Kotor dan Penuh Sampah

Tak berapa lama, muncul pasukan RPKAD dipimpin Mayor C.I. Santoso dengan membawa agen polisi Sukitman sebagai petunjuk jalan, dan ikut pula ajudan Jenderal Ahmad Yani, Kapten CPM Subardi.

“Setelah mendapat penjelasan dari kami dan dicocokkan dengan keterangan agen polisi tersebut,” kata Maulwi, “penggalian dilanjutkan.”

Penggalian sulit dilakukan karena lubang sumur itu hanya pas untuk satu orang, proses penggalian memakan waktu lama.

Hari mulai gelap, belum ditemukan tanda-tanda yang mencurigakan. Generator milik Tjakrabirawa dihidupkan untuk menerangi proses penggalian.

Lewat tengah malam mulai tercium bau tak sedap.

Baca Juga: 7 Fakta Aksi Demo di Sejumlah Wilayah Indonesia: Ibu Hamil 6 Bulan Kena Tembak di Kendari Hingga Demo Ricuh di Bandung

Setelah penggalian cukup dalam dan terus digali, akhirnya ditemukan sebuah tangan.

Penggalian dihentikan sementara karena orang-orang tidak tahan dengan bau yang keluar dari sumur.

Setelah berunding dengan C.I. Santoso, disepakati untuk melaporkan hal itu kepada Pangkostrad Mayjen Jenderal Soeharto guna instruksi selanjutnya.

Dan, untuk penggalian selanjutnya, diperlukan tenaga dan peralatan khusus misalnya masker dan tabung oksigen seperti yang dimiliki pasukan katak KKO.

Saat itu sudah pukul 03.00.

“Rombongan saya pulang untuk Salat Subuh dan istirahat karena mulai merasa flu,” kata Maulwi.

“Selanjutnya, saya perintahkan Letnan Kolonel Marokeh Santoso, Kepala Staf Resimen Tjakrabirawa, untuk menggantikan dan mewakili saya.

Jadi, tidak benar sama sekali, berita yang mengatakan bahwa Presiden Soekarno mengetahui peristiwa penculikan G30S itu.

Dan, tidak pernah ada perintah Presiden kepada kami untuk menghilangkan jejak para jenderal yang diculik.” (*)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul “Mengenang 7 Jenderal TNI yang Diculik hingga Dibantai oleh PKI, Begini Proses Penemuan Jasad Mereka”

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber : Surya

Baca Lainnya