DN Aidit Hanyalah 'Anak Bawang', Sosok ini yang Jadi Pentolan PKI Hingga Pernah Lakukan Pertemuan dengan Pimpinan Komunis Soviet

Selasa, 01 Oktober 2019 | 08:35
Surya.co

DN Aidit Hanyalah Kroco, Sosok ini yang Jadi Pentolan PKI Hingga Pernah Lakukan Pertemuan dengan Pimpinan Komunis Soviet

Gridhype.id- Nama Dipa Nusantara Aidit (DN Aidit) sudah dikenal oleh orang Indonesia.

Siapapun warga Indonesia pasti tahu siapa pria ini.

Mendengar namanya pikiran kita langsung tertuju dengan pemberontakan, Partai Komunis Indonesia (PKI) dan aib.

Kematian Aidit pun sekarang masih menjadi kontroversi dan dimana jenazahnya pun tidak diketahui.

Baca Juga: 7 Fakta Aksi Demo di Sejumlah Wilayah Indonesia: Ibu Hamil 6 Bulan Kena Tembak di Kendari Hingga Demo Ricuh di Bandung

Asal muasal adanya PKI di Tanah Air berasal dari seorang sosialis asal Belanda, Henk Sneevliet.

Henk mendirikan partai bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang merupakan embrio PKI.

Setelah Indonesia merdeka ISDV berganti nama menjadi PKI yang lambat laun semakin membesar dengan ratusan ribu pendukung dan dinobatkan sebagai partai komunis non-penguasa terbesar di dunia setelah Rusia dan China tentunya.

Banyaknya massa PKI disebabkan rakyat Indonesia (saat itu) menilai ideologi komunis cocok dengan keadaan mereka.

Baca Juga: Selalu Unggah Gaya Hidup Glamor, Siapa Sangka Apartemen Influencer ini Justru Terlihat Menjijikan, Kotor dan Penuh Sampah

Melansir dari Sosok.id pada Selasa (1/10/2019) tentu tokoh partai Palu Arit Indonesia yang paling dikenal ialah Dipa Nusantara Aidit/DN Aidit.

Memang, DN Aidit dianggap yang paling bertanggungjawab atas peristiwa berdarah G30S PKI dan tabu jika ia mengaku tak tahu menahu mengenai peristiwa tersebut.

Namun siapa sangka jika Aidit bakal menjadi 'anak bawang' jika bertemu dengan dua pentolan PKI ini.

Tersebutlah Muso Manowar atau Munawar Muso alias Musso dan Alimin bin Prawirodirdjo.

Pada 25 Desember 1925, para pemimpin PKI mengadakan pertemuan kilat di daerah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.

Baca Juga: Miss V Sering Terasa Gatal, Jangan Sampai Salah Merawatnya Begini Langkah yang Benar Untuk Membersihkannya

Dalam pertemuan itu mereka membahas aksi berupa pemogokan hingga angkat senjata yang bakal dilakukan oleh kaum tani serta buruh.

Tujuannya ialah melancarkan aksi pemberontakan di seluruh nusantara kepada pendudukan Belanda.

Rencana itu lantas harus disampaikan kepada wakil Komunis Internasional (Komintern) yang berada di Singapura.

PKI lantas mengirim Alimin dan Musso ke Singapura.

Komintern di Singapura menindaklanjuti rencana pemberontakan tersebut dengan memberangkatkan keduanya ke Moskow, Uni Soviet.

Rupanya Musso dan Alimin langsung dihadapkan kepada pemimpin besar Komunis, yakni Stalin ketika di Moskow.

Mereka berdua menerima mandat dari Stalin agar rencana pemberontakan dibatalkan dulu saja serta mengubah cara kerja PKI menjadi bawah tanah dengan menyebarkan propaganda kepada Belanda.

Baca Juga: 6 Tahun di Tinggal Sang Ayah, Abidzar Kecil Kini Telah Beranjak Dewasa, Begini Penampilannya Sekarang

Tapi Musso nekat, sekembalinya ke tanah air ia melancarkan pemberontakan kepada Belanda di Batavia dan Sumatera Barat.

Karena persiapan kurang matang, pemberontakan tersebut langsung ditumpas dan Belanda melarang adanya PKI lagi di Nusantara.

Musso dan Alimin ditangkap Belanda dan dipenjara.

Setelah keluar penjara Musso pergi ke Moskow tahun 1935 walaupun sempat kembali ke tanah air tapi diusir dan balik lagi ke Uni Soviet tahun 1936.

Hingga tanggal 11 Agustus 1948 Musso kembali ke Indonesia lewat Yogyakarta.

Dasar bebal memang, Musso kembali ke tanah air untuk melakukan pemberontakan lagi dengan para militan PKI di Madiun pada 18 September 1948.

Baca Juga: Julia Pastrana, Wanita Malang yang Semasa Hidupnya Tidak Pernah Bahagia Hingga Setelah Kematiannyapun Jasadnya Diawetkan dan Dipajang

Sontak saja aksinya yang menginginkan terbentuknya Republik Soviet Indonesia dari pemberontakan PKI Madiun langsung mendapat respon keras dari militer.

Divisi Siliwangi TNI tanpa menunggu waktu lama segera memberangus pemberontakan tersebut.

Nasib Musso pun tak jauh-jauh dari apes setelah pemberontakan keduanya gagal.

Ia dikepung oleh satu peleton tentara Siliwangi di Pacitan hingga ajal menjemputnya setelah dihadiahi timah panas oleh TNI saat Musso bersembunyi di kamar mandi pemandian umum.

Usai tewas ditembak mayat Musso dibawa ke RS Ponorogo untuk diawetkan hingga akhirnya dibakar secara diam-diam. (*)

Artikel ini pernah tayang di Sosok.ID dengan judul “DN Aidit Cuma Kroco, Dua Orang Inilah Dedengkot PKI Sesungguhnya Karena Pernah Bertemu dengan Stalin di Moskow”

Tag

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber Sosok.ID