Baca Juga: Aneka Tips Kesehatan, Kenali Penyakit Mata Bawaan pada Anak Sebelum Terlambat
“Banyak sekali kasus kelainan pada makula yang kurang terdiagnosis. Minimnya fasilitas dan pemeriksaan penunjang menjadi kendala mendasar. Sebab, untuk mendiagnosis kelainan pada makula tidak hanya membutuhkan pemeriksaan klinis, tetapi juga pemeriksaan berbasis teknologi canggih. Dengan mengetahui adanya potensi kelainan pada makula sedini mungkin, maka risiko terjadinya penurunan tajam penglihatan - yang bisa memburuk menjadi kebutaan permanen, dapat dihindari,” papar dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K), Direktur Medik JEC @ Menteng.
Hadir perdana di RS Mata JEC @ Menteng, JEC Macula Center menawarkan keahlian diagnostik serta penanganan makula secara mumpuni dan komprehensif.
Dari sisi sumber daya manusia, JEC Macula Center diperkuat 10 dokter spesialis retina, 4 di antaranya telah bergelar doktor.
Sementara, dari segi teknologi, layanan terbaru menghadirkan Comprehensive Diagnostic Center dengan 15 kategori pemeriksaan diagnostik berteknologi mutakhir; 5 di antaranya khusus untuk pemeriksaan bagian belakang bola mata (posterior).
“Meski tidak langsung menyebabkan kebutaan total, penyakit makula bisa mengakibatkan penderitanya kesulitan menjalani aktivitas keseharian, seperti membaca - bahkan mengenali wajah orang lain. Tanpa diagnosis, penanganan dan perawatan dan tindakan yang tepat, kondisi penglihatan berpeluang memburuk.
Karenanya, dalam mengonfirmasi sebuah diagnosis penyakit makula, perlu alat diagnostik khusus. Hadirnya JEC Macula Center merupakan langkah solutif dari JEC guna menyediakan hasil diagnosis yang lebih akurat sehingga dokter mata ahli bisa memutuskan penanganan dan tindakan yang tepat sesuai penyakit makula pasien,” lanjut dr. Soefiandi Soedarman, SpM(K).
Perlu diketahui, selain 1) AMD, beberapa penyakit makula lainnya meliputi: 2) sumbatan pembuluh darah retina, 3) bengkak makula pada penderita diabetes, 4) ablasio retina, 5) peradangan mata, 6) lubang di makula, dan lain-lain.
“Penuaan adalah bagian yang tak terhindarkan dari siklus kehidupan. Mau tidak mau proses penuaan akan memengaruhi fungsionalitas tubuh, termasuk mata - sehingga mengakibatkan penyakit makula.
Namun, di samping penuaan, beberapa faktor risiko juga turut memperbesar peluang seseorang menderita gangguan pada makula - yaitu: menyandang minus tinggi, kebiasaan merokok, menderita hipertensi, stres fisik/psikis secara terus menerus, menggunakan obat-obat tertentu (seperti steroid, chloroquin, dll), mengalami cedera mata, menyandang penyakit infeksi (seperti TB dan toksoplasma), terkena paparan sinar matahari berlebih,” jelas dr. Ferdiriva Hamzah, SpM(K), Dokter Subspesialis Vitreo-retina JEC Eye Hospitals & Clinics.
“Padahal sebagian besar faktor risiko tersebut dapat dicegah atau dikontrol. Artinya ‘pemeriksaan rutin’ menjadi kunci untuk menghindari risiko berbagai penyakit mata, termasuk kelainan makula. Apabila kondisi penyakit makula terdiagnosis lebih awal, sangat mungkin perkembangannya diperlambat sebelum memburuk dan menyebabkan kebutaan permanen,” tegas dr. Ferdiriva Hamzah, SpM(K).