Untuk lebih memperkenalkan Desa Bongkasa Pertiwi ini, ia menjelaskan akan melalui kebudayaan berkebaya.
“Apalagi Lenggang Desa Pertiwi ini dan Kebaya Goes to Unesco ini sangat menarik karena kunjungan wisatawan saat ini baru 40 persen dari masa pemulihan pandemi dan diharapkan dengan adanya kegiatan ini bisa di atas 70 persen,” imbuhnya.
Untuk kedepannya pihaknya akan tetap berkolaborasi dengan pihak ketiga agar Desa Bongkasa Pertiwi mendapatkan pengakuan terkait kelebihan-kelebihan yang dimiliki desa.
Nantinya diharapkan juga dapat menjadi Desa yang kreatif dan berbudaya.
Nantinya selain kebaya, pihaknya juga akan menonjolkan naskah kuno atau di Bali disebut dengan lontar.
Naskah kuno juga diikutsertakan agar tak diklaim oleh orang lain serta anak-anak muda dapat lebih mengenal lontar ini dimana lontar ini juga merupakan warisan budaya leluhur Bali.
Kebaya merupakan warisan turun temurun yang sudah digunakan wanita Indonesia pada zaman penjajahan. Kebaya kebanyakan digunakan oleh masyarakat, khususnya yang berada di Jawa dan Bali.
Untuk membuat kebaya diakui di kancah dunia, sejumlah komunitas yang tergabung dalam Tradisikebaya.id melakukan gerakan Lenggang Bali Pertiwi yang dilangsungkan di Yellow Garden Adventures, di Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung.
Gelaran ini dilangsungkan, Kamis 27 Oktober 2022 dan Jumat 28 Oktober 2022.
Agar Kebaya Diakui UNESCO dan Tidak Diklaim Bangsa Asing
Kebaya merupakan warisan turun temurun yang sudah digunakan wanita Indonesia pada zaman penjajahan.