Maka, riwayat ini juga menjadi salah satu faktor risiko yang dicurigai Shahnaz Haque ketika itu, sebelum akhirnya didiagnosis kanker ovarium stadium awal.
"Yang saya pikirkan adalah bagaimana bisa sembuh dari sakit ini, meskipun khawatir juga waktu dapat diagnosis awal kena kanker ovarium itu. Tapi mikirnya positif, dan fokus ke pengobatannya bagaimana," cerita Shahnaz.
Shahnaz pun berpesan agar siapapun yang saat ini menderita sakit, baik sakit kanker ovarium ataupun berbagai penyakit lainnya untuk fokus menjalankan pengobatannya, dan jangan pernah takut atau lawanlah penyakit yang saat ini diderita.
"Jangan takut sama pengobatannya, takut sama penyakitnya," kata Shanaz.
Shahnaz saat ini juga dinobatkan sebagai Duta Peduli Kanker Ovarium khususnya pada Kampanye 10 Jari.
Brahmana juga mengingatkan agar pasien yang sudah terdiagnosis kanker ovarium untuk segera melakukan saran terapi dari dokter ahli supaya bisa membantu memperbaiki kualitas hidup pasien tersebut.
"Tidak hanya itu, saya juga mengimbau para pasien yang telah terdiagnosis dengan kanker ovarium untuk tetap mengontrol kondisi mereka dengan menemui dokter secara rutin dan menemukan terapi yang tepat untuk menghadapi penyakit tersebut agar kualitas hidup mereka semakin baik," tegasnya.
Sebagai informasi, kanker ovarium menjadi penyakit yang disebut sebagai silent killer atau pembunuh senyap, dan menempati urutan lima teratas dari kanker yang khusus terjadi pada perempuan.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI), Dr dr Brahmana Askandar SpOG(K), K-Onk dalam diskusi daring bertajuk Kampanye 10 Jari, Kamis (13/1/2022).
Brahmana mengatakan, kanker ovarium disebut sebagai silent killer atau pembunuh senyap itu bukan tanpa alasan.
Alasan utama kanker ovarium bisa membunuh wanita yang diserangnya yakni karena tidak ada gejala khas yang dapat diidentifikasi atau disadari secara langsung.