Ibnu Jamil awalnya meminta maaf pada sang putra semata wayang dan menjelaskan bagaimana kondisi hubungannya dengan Ade Maya saat itu.
"Berhubung Dhofin masih usia berapa ya, kelas 6 SD belum bisa apa-apa. Kayak gue bisa ngerasain dia kayak mau ngelawan atau mungkin dia pengen argumen dengan itu tapi dia gak bisa itu yang gue rasain," terang Ibnu.
Setelah penjelasan tersebut, Ibnu Jamil menerima jika sang anak akan melabeli dirinya sebagai orang jahat.
"Gue memperbolehkan dia untuk berasumsi seperti itu, dia akan mencap gue sebagai orang jahat tapi gue yakin suatu saat cap itu pasti akan luntur dan bisa jadi orang baik di mata dia, itu aja. Itu memang butuh proses, saat itu berat dan gue yakin akan ada sesuatu efeknya keputusan (cerai) ini," ucap Ibnu.
Ibnu merasa tidak ada formula yang pas untuk mengubah hati sang anak pada saat kejadian tersebut.
"Mau curhat ke siapa itu bukan solusi buat gue, saat itu adalah solusi gue ya gue harus ngomong sama anak gue apapun yang terjadi, ya efeknya seperti kemarin yang gue bilang. Ternyata gue memberikan ribuan gunug es antara gue dan Dhofin. Tapi gue tetep berusaha untuk mendekatkan diri gue ke dia, dengan main ke rumahnya, gue jemput dia ke sekolah meski gue dicuekin," lanjut Ibnu Jamil dengan suara bergetar menahan tangis.
Ibnu Jamil menangis setelah mengenang betapa tak pedulinya Dhofin pada dirinya.
Bahkan pesan WhatsApps yang Ibnu Jamil kirim tidak pernah dibalas.
"Tapi gue tetep selalu berpikir apa yang ada di frame gue dan frame dia, gue harus menerima itu," ujar Ibnu Jamil.
Tangis Ibnu Jamil pecah saat membayangkan jika hubungannya dengan Dhofin akan dingin hingga Dhofin memiliki anak.
"Sangat lama, paling jeleknya nanti kalo dia punya anak, gue yakin dia bisa merasakan apa yang gua rasakan," terang Ibnu Jamil sambil memegang tangan Ririn Ekawati untuk menahan tangis.