Sebuah studi tahun 2009 mengamati survei kesehatan lebih dari 40.000 orang Norwegia menemukan bahwa orang yang mengalami stres terkait pekerjaan secara signifikan lebih berisiko mengalami gastroesophageal reflux disease atau sering disebut (GERD).
Sedangkan pada orang yang merasa tidak puas dalam bekerja, dua kali lebih mungkin untuk memiliki GERD dibandingkan dengan mereka yang melaporkan kepuasan kerja yang tinggi.
Selain itu, riset yang diterbitkan di Internal Medicine, mewawancarai 12.653 orang dengan GERD menemukan bahwa hampir setengahnya melaporkan stres sebagai faktor terbesar yang memperburuk gejala penyakit asam lambung, bahkan ketika sedang menjalani pengobatan.
Hubungan stres dan penyakit asam lambung
Melansir laman Healthline, hubungan antara stres dan asam lambung dapat dikaitkan dengan kondisi tubuh seseorang.
Pada penelitian yang diterbitkan American Journal of Gastroenterology, orang yang sedang banyak pikiran dan stres dilaporkan memiliki gejala yang lebih menyakitkan ketika asam lambung kambuh.
Sehingga orang yang tengah merasa cemas, maka gejala yang dirasakan akibat naiknya asam lambung cenderung terasa lebih menyiksa ketimbang yang tidak.
Ilmuwan juga menyebutkan, seseorang mengalami tekanan atau banyak pikiran, maka tubuh menjadi lebih sensitif dan sedikit memproduksi senyawa yang dapat menetralisir asam lambung.
Para peneliti berteori bahwa stres dapat menyebabkan perubahan di otak yang mengubah reseptor rasa sakit, sehingga fisik lebih sensitif terhadap sedikit peningkatan kadar asam.
Stres juga dapat menguras produksi zat yang disebut prostaglandin, yang biasanya melindungi lambung dari efek asam.
Kondisi ini dapat meningkatkan tubuh merasa lebih tidak nyaman ketika asam lambung kambuh.