Camat Rajabasa Sabtubi mengatakan bahwa sejak peristiwa tsunami di Selat Sunda pada 2018 telah membuat masyarakat di kawasan pesisir meningkatkan kewaspadaannya.
Apalagi saat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan.
Namun, kini masyarakat tidak panik dalam merespon aktivitas vulkanik tersebut, karena telah mempunyai pengalaman untuk melakukan mitigasi bencana.
Masyarakat juga melakukan komunikasi dengan petugas pos pantau Gunung Anak Krakatau dan BMKG untuk mengetahui informasi perkembangan terkini aktivitas gunung tersebut.
Baca Juga: Bak Kiamat! Akibat Letusan Gunung Berapi Bawah Laut, Tonga Diterjang Tsunami Super Dasyat
Selain itu, pemerintah daerah telah mengupayakan jalur evakuasi tsunami di titik-titik rawan yang berpotensi tsunami.
Nantinya, jalur evakuasi akan diarahkan ke wilayah perbukitan tak jauh dari pesisir.
Tidak sampai mengganggu masyarakat
Syamsiar (50), warga Pulau Sebesi menjelaskan jika aktivitas Gunung Anak Krakatau yang meningkat tidak sampai mengganggu aktivitas masyarkat Pulau Sebesi.
Meskipun Pulai Sebesi yang berjarak 10 kilometer dari Gunung Anak Krakatau dapat melihat abu vulkanik saat terjadi erupsi berserta suara dentumannya.
Sementara itu, kondisi ekosistem di tiga pulau sekitar Gunung Anak Krakatau, yakni Sertung, Panjang, dan Rakata kecil sudah membaik.
Misalnya di Kepulauan Rakata terbentuk rawa kecil di bagian tenggara pulau tersebut dengan ditemukan berbagai jenis satwa, seperti burung, kupu-kupu dan biawak.