"Kami tidak akan pernah melupakan adat dan budaya kami sebagai masyarakat pegunungan Papua untuk melakukan proses bakar batu. Karena proses bakar batu adalah untuk mempererat tali silahturahmi antara sesama," kata Michael Asso, di Jayapura, Sabtu (24/4/2021).
Ia mengatakan, Muslim Papua di Kota Jayapura sudah memasuki generasi keempat Firdaus Asso, pemuda asal Kampung Walesi, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, yang pertama kali hijrah ke Jayapura.
"Ini sebabnya, kami memberikan nama mushola ini dengan namanya untuk menghormatinya," ujarnya.
Menurutnya, acara bakar batu memang sering dilakukan saat hari-hari spesial.
"Acara Bakar Batu kerap diselenggarakan tiap menyambut sesuatu yang dianggap spesial seperti Ramadan tahun ini," katanya.
Michael menjelaskan, sebelum memulai proses bakar batu, pihak laki-laki menyiapkan tungku untuk membakar batu, sementara perempuan menyiapkan bahan makanan yang akan dimasak dalam bakar batu, seperti ubi, singkong pisang ayam dan sayuran lainnya.
Hal serupa juga disampaikan Bunda Najwa Asso. Ia mengatakan, acara ritual Bakar Batu ini merupakan cara memasak makanan dengan menggunakan batu.
Baca Juga: Tandai Datangnya Lailatul Qadar, Berikut Tradisi Masyarakat Muslim di Sepuluh Terakhir Hari Ramadan
Sebelumnya, batu yang digunakan dipanasi lebih dulu dengan api, lalu digunakan sebagai pemanas bahan makanan yang akan dimasak.
Sebelum makanan dimasak dengan batu, dibuat lubang kira-kira berdiameter setengah meter dengan kedalaman 50 sentimeter.
"Nah, di dalam lubang itu, urutan pertama ditaruh ilalang yang diatasnya diletakkan batu yang telah dipanasi.
Ilalang itu berfungsi sebagai alas batu yang panas, di atas batu ini diletakkan bahan makanan yang akan dimasak, seperti sayur, ubi-ubian, atau daging maupun ayam yang sudah dibersihkan," ujarnya.