Kala itu, kasus Sum Kuning menjadi berita besar karena sulitnya proses penyelidikan dan beberapa pihak yang terlibat.
Film ini sempat dilarang tayang di Yogyakarta dan beberapa kali mengalami perubahan judul, mulai dari Balada Sum Kuning, lalu menjadi Balada Sumirah, dan berakhir dengan Perawan Desa.
Berkat film ini, Yati Surachman membawa pulang piala Festival Film Asia Pasifik sebagai aktris terbaik tahun 1980.
Karier akting Yati masih terus bersinar beberapa tahun kemudian.
Tahun 1995, dia juga masuk nominasi sebagai pemeran utama wanita terbaik di Piala Vidia.
Memasuki tahun 2000-an, kiprah Yati di dunia akting ternyata terbatas pada peran nenek dan ART.
Sering mendapatkan peran ART ternyata membuat Yati Surachman kerap direndahkan oleh banyak orang.
Kendati demikian, Yati memilih tak ambil pusing.
“Banyak (direndahkan orang lain). Tapi buat saya, saya selalu pakai ilmu padi, artinya kalau memang orang mau merendahkan saya, biar Tuhan yang kasih karma,” kata Yati dalam wawancara bersama Kompas.com, 12 Juni 2020 lalu.
(*)