Yakni modal dana, ilmu, dan juga keikhlasan.
Hal tersebut agar budaya santri meminta-minta ke tiap rumah dengan proposal tak ada lagi.
“Dan itu dibutuhkan tidak hanya soal keilmuan tidak hanya soal dana, tapi juga keikhlasan.
Sehingga budaya minta-minta, budaya proposal untuk menghidupi santri itu tidak ada lagi,” ujar Gus Miftah.
Gus Miftah sendiri melihat Atta tak memiliki cukup ilmu kepesantrenan.
Lantaran hal tersebut, Gus Miftah menyarankan Atta tak salah pilih orang untuk diajak kerjasama.
Pasalnya jika salah, para santri lah yang akan menjadi kprbannya.
“Si Atta kan punya pengaruh, dia punya harta, walaupun dalam tanda kutip dia tidak punya ilmu pesantren, artinya dia harus bekerja sama dengan orang yang tau pesantren.
Jangan salah pilih orang, kalau salah pilih orang nanti yang jadi korbannya itu santrinya,” tandas Gus Miftah.
(*)