Follow Us

Stop Konsumsi Makanan Pemicu Obesitas, Yuk Sayangi Dirimu Mulai Sekarang

Nailul Iffah - Kamis, 26 Agustus 2021 | 13:30
(Ilustrasi) Makanan yang harus dihindari penderita obesitas
dok. freepik.com

(Ilustrasi) Makanan yang harus dihindari penderita obesitas

GridHype.ID - Sejak dilanda pandemi virus corona, banyak di antara kita yang mengalami kenaikan berat badan akibat melakukan kegiatan dari rumah.

Hal ini tentu memicu sejumlah penyakit yang akan merugikan tubuh.

Jadi tak ada salahnya untuk mencoba mengurangi makanan yang tinggi akan karbo dan lemak.

Bahkan pemerintah Inggris mulai Oktober tahun depan akan membatasi promosi makanan dan minuman kategori high in fat sugar, salt (HFSS) sebagai keseriusan mempromosikan gaya hidup sehat.

Kondisi pandemi menuntut pemerintah Inggris untuk lebih aktif meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengurangi bahaya (harm reduction) pola konsumsi yang berisiko bagi warganya. Obesitas menjadi salah satu momok terbesar bagi kesehatan publik di Inggris.

Mengacu pada data National Health Service (NHS) 63% orang dewasa di Inggris mengalami obesitas.

Obesitas ini juga menjadi salah satu penyebab sepertiga pelajar di negara tersebut putus sekolah.

Bahkan, setiap tahun, NHS mesti menanggung beban 6 miliar Poundsterling untuk menangani penyakit yang terkait dengan obesitas. Kebijakan ini rencananya akan melarang produk HFSS dipromosikan dengan cara seperti “buy one get one free” dan dipromosikan pada tempat-tempat strategis di toko ritel maupun pusat perbelanjaan.

Tak hanya itu, minuman bergula tinggi juga dilarang dijual dengan skema bebas isi ulang (free refill). “Pandemi COVID-19 telah membawa kita untuk lebih memperhatikan kelebihan berat badan mengingat obesitas sangat berpengaruh buruk terhadap kesehatan.

Kami ingin setiap orang lebih sering mengonsumsi makanan yang lebih sehat.

Kebijakan ini akan membantu supermarket lebih fokus mempromosikan pilihan makanan yang lebih sehat,” ungkap Menteri Kesehatan Inggris Jo Churcill.

Konsep pengurangan bahaya ini sebenarnya bukan pendekatan baru.

Editor : Nailul Iffah

Latest