Patung bambu yang mengenakan pakaian pernikahan tradisional digunakan untuk mewakili pihak yang hilang dan kemudian dibakar sesudahnya.
Keluarga mempelai wanita akan memberikan mahar yang dapat berupa perhiasan, pembantu, dan rumah (semuanya tentu saja terbuat dari kertas).
Hadiah yang dipertukarkan antara anggota yang masih hidup dari pihak pengantin mungkin termasuk kue, gaun, dan uang.
Untuk memastikan bahwa kedua roh itu dapat bersama di akhirat, tubuh pengantin wanita digali dan kemudian dimakamkan kembali dengan tubuh pengantin pria.
Roh wanita yang telah meninggal akan “dibawa” ke rumah barunya oleh seorang cenayang atau pendeta.
(*)