Setelah dihitung jumlah kandungan flavonoidnya, dilakukan uji in vitro terhadap EBP menggunakan model sel kanker payudara 4T1 yang memiliki karakter cepat bermetastasis.
Ekstrak diuji efek penghambatannya terhadap pertumbuhan sel kanker dengan metode uji MTT Assay.
"Hasilnya ekstrak bonggol pisang tidak menghambat pertumbuhan sel 4T1 yang artinya tidak bersifat toksik,"tuturnya.
Selanjutnya, untuk melihat aktivitas EBP sebagai agen anti penyebaran kanker payudara dengan metode Gelatin Zymography dan scratch wound healing assay.
Metode ini bertujuan untuk mengetahui efek EBP terhadap penurunan ekspresi MMP-9 dan efek EBP terhadap migrasi sel kanker.
"Hasil yang diperoleh ekskrak bonggol pisang yang dikombinasikan dengan doksorubisin mampu menurunkan ekspresi MMP-9 dan menghambat migrasi sel, sehingga dapat disimpulkan berpotensi sebagai agen antimetastasis kanker payudara," paparnya.
Selain melakukan uji in vitro, mereka juga melakukan inovasi dengan membuat ekstrak bonggol pisang menjadi sediaan food powder.
Aplikasi ekstrak dalam bentuk sediaan ini bertujuan untuk meningkatkan akseptibilitas ekstrak bonggol pisang agar mudah dikonsumsi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Ida menyebutkan bahwa terlihat potensi dari ekstrak bonggol pisang untuk menghambat penyebaran kanker sehingga dapat dikembangkan sebagai pencegah kanker maupun sebagai suplemen dalam pengobatan kanker dalam bentuk food powder.
Karenanya kedepan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengolah bonggol pisang sebagai alternatif obat kanker di tengah masyarakat.