Hasil survei juga menunjukkan bahwa sosok Presiden Joko Widodo tak terlalu kuat dalam mempengaruhi kesediaan warga untuk divaksin.
Jika tahu Jokowi sudah divaksin, sebanyak 66,4 persen warga mau divaksin, 23,4 persen tidak pasti mau divaksin, dan 10,2 persen tidak menjawab.
Kemudian, jika tahu ketua partai yang didukung sudah divaksin, sebanyak 53,1 persen warga pasti mau divaksin, 36,4 persen tidak pasti mau divaksin, dan 10,5 persen tidak menjawab.
Lalu, jika tahu tokoh agama sudah divaksin, ada 60,2 persen warga yang pasti mau divaksin, 27,8 persen tidak pasti mau divaksin, dan 12 persen tidak menjawab.
"Jika tahu tokoh adat atau suku sudah divaksin, ada 65,1 persen yang pasti mau divaksin, 25,5 persen tidak pasti mau divaksin, dan 9,4 persen tidak menjawab," ujar Deni.
Kendati demikian, kata Deni, survei menunjukkan bahwa kesediaan melakukan vaksinasi di kalangan pemilih Prabowo pada Pilpres 2019 hanya 46 persen, atau jauh di bawah pemilih Jokowi sebesar 71 persen.
Namun, begitu dikatakan bahwa Prabowo sudah divaksin, persentase pemilih Prabowo yang mau divaksin meningkat dari 46 persen menjadi 67 persen.
Menurut Deni, temuan ini bisa dimanfaatkan pemerintah dalam meningkatkan kesediaan masyarakat untuk vaksinasi.
Apalagi, survei SMRC beberapa waktu lalu menemukan bahwa hanya 61 persen warga yang bersedia divaksin.
“Data ini menunjukkan pemerintah perlu menampilkan dokter dan Prabowo sebagai tokoh yang sudah divaksin agar tingkat kesediaan masyarakat bisa meningkat,” kata Deni.